19:00 . Menyedihkan! Berprestasi hingga Nasional, 2 Siswa SD di Tuban Tak dapat Apresiasi dari Pemkab   |   14:00 . Dikunjungi Penilai Adipura Kencana, Jalanan Tuban Kota Belum Seteril dari Bendera Partai   |   11:00 . Ide Jualan Kue Lumpur Labu Kuning Ekonomis Tanpa Telur   |   10:00 . Pendaftaran Kartu Prakerja Gelombang 61 September 2023 Dibuka! Dapatkan Insentif Sebesar Rp 4,2 Juta   |   09:30 . Pak Labi, Lokal Hero Bangkep yang Selamatkan Alam Dengan Ternak Lebah Madu   |   09:00 . Empat Superhero dari Kampung Energi   |   08:00 . Amalkan Ayat 1000 Dinar, Hidup Aman dan Sejahtera   |   07:00 . Peringati Hari Tani dan Panen Raya, Warga Tuban Arak Tumpeng dan Gunungan Raksasa   |   19:00 . Kemarau Jadi Tantangan Bagi Pembudidaya Jamur Tiram di Palang Tuban   |   18:00 . Bingung Mau Nyoblos tapi Masih di Luar Kota? Begini Cara Ajukan Pindah Memilih   |   17:00 . Taman Sleko, Rekomendasi Tempat Nongkrong yang Nyaman di Tuban   |   16:00 . Tiga Kecamatan di Tuban Semakin Gerah, Suhunya Capai 35⁰ Celcius   |   15:00 . Kawasan Hutan Sekitar Area Kilang GRR Tuban Terus Diawasi   |   14:15 . Teknologi Karbon Mulai Diterapkan di Lapangan Sukowati   |   13:00 . Puluhan PPS dan PPK Tuban Mundur dengan Alasan Sama   |  
Tue, 26 September 2023
Jl. Sunan Muria no 28, Kelurahan Latsari, Kecamatan/Kabupaten Tuban, Email: bloktuban@gmail.com

Cerita dari Pesantren

Jangan Berikan Aib ke Saudaramu

bloktuban.com | Friday, 18 May 2018 13:00

Jangan Berikan Aib ke Saudaramu

Penulis: Edy Purnomo

blokTuban.com - Seperti halnya lembaga pendidikan umumnya, santri yang belajar di pondok pesantren juga mempunyai hari-hari khusus dalam satu pekan untuk beristirahat.

Cerita ini masih berada di salah satu pondok tradisional yang ada di wilayah Kabupaten Tuban, Jawa Timur. Pada hari Jum'at, pondok ini meliburkan para santrinya untuk belajar. Biasanya ada kegiatan Roan, atau kerja bakti di lingkungan pondok.

Dua santri, sebut saja namanya Amin dan Taufiq sepertinya sedang malas mengikuti kerja bakti seperti santri-santri yang lain. Dengan  menyusun berbagai alasan, mereka datang ke pengurus pondok dan meminta ijin ke pusat kota untuk belanja peralatan tulis.

"Kamu mau beli perlengkapan tulis apa, Kang?" tanya Taufiq yang diminta mengantar Amin ke kota.
 
"Bolpoin buat menulis di kitab," jawab Amin.

"Lha di koperasi pondok kan banyak Kang. Ngapain jauh-jauh ke kota," tanya Taufiq penasaran.

Bukan Amin namanya kalau tidak pandai mencari alasan. Meski begitu dia jujur keppada sahabatnya ingin memanfaatkan momen itu buat berjalan-jalan di swalayan yang cukup besar. Amin baru dapat kiriman dari orang tua dan ingin mentraktir Taufiq makan bakso dan es degan favoritnya. Alasan terakhir yang membuat Taufiq ikut bersemangat.

Pergilah dua santri menggunakan angkutan ke kota. Mendatangi pusat perbelanjaan yang cukup besar meski hanya untuk membeli satu biji bolpoin yang dipergunakan  buat maknani (menulis arti kata di kitab kuning). Itupun belum tentu ada di swalayan dan justru sudah ada di koperasi milik pondok pesantren.

Sampai di pusat perbelanjaan, mereka langsung menuju rak alat tulis. Amin menemukan bolpoin yang diinginkan dan menyimpannya di saku agar tidak terlupa. Mereka kemudian berkeliling dan sekedar melihat-lihat isi swalayan.

Masalah datang. Amin yang lupa masih membawa bolpoin di saku bajunya kaget ketika akan memasuki wahana permainan. Alarm berbunyi dan dua satpam langsung mendekatinya.

"Hay Dik, berhenti dulu," teriak satpam.
 
Amin dan Taufiq yang belum menyadari apa yang terjadi menuruti perintah satpam. Mereka mendadak pucat begitu mengetahui ada bolpoin di saku Amin yang ternyata belum terbayar.

"Mau ambil barang ya? Sudah ikut kami ke belakang," kata Satpam itu garang. Tidak menghiraukan alasan yang diberikan dua santri yang ketakutan itu.

Mereka harus membayar harga bolpoin itu berlipat-lipat. Aturannya: manajemen menambahkan satu angka nol dibelakang harga asli. Harga bolpoin yang dibawa Amin saat itu adalah Rp15.000. Karena harus menambah satu nol dibelakangnya, maka jumlah yang harus dibayar adalah Rp150.000. Jumlah yang cukup besar bagi mereka.

"Aduh...bagaimana ini Kang Amin?" tanya Taufiq.

Yang ditanya tidak menjawab. Mungkin merasa berat karena memikirkan uang kiriman dari orang tuanya habis buat membayar denda.

"Kamu itu nyantri di mana? Santri kok main ambil barang yang bukan haknya. Kan ndak baik," tanya manajer itu sambil membetulkan kaca mata.

Ditanya begitu, dua santri itu lebih takut lagi. Terbayang kemarahan Abah Kyai mereka jika mendengar mereka tersandung masalah. Apalagi mengetahui mereka tidak sekedar membeli perlengkapan tulis, tapi juga jalan-jalan di swalayan tanpa ijin.

Sedikit berbisik, mereka kompak tidak menyebutkan nama dan alamat pondoknya. Untuk mengelabuhi manajer dan dua satpam itu, mereka menyebut nama pondok lain sebagai tempat belajar. Mereka berharap bisa aman karena petugas itu tidak akan mendatangi pondok pesantren mereka.

Setelah membayarkan uang denda dengan menghabiskan seluruh uang kiriman Amin. Dua santri ini langsung pulang ke pondok dengan kecewa. Keesokan harinya, usai mengaji pagi mereka mendapat panggilan dari kyai.

Mendapat panggilan Kyai, bagi seorang santri adalah hal yang luar biasa. Biasanya ada sesuatu yang penting ingin disampaikan.

“Ada apa ya Abah mendadak memanggil kita? Jangan-jangan tahu kita terlibat masalah,” ucap Amin cemas.

Pergilah mereka saat itu juga ke ndalem, sebutan rumah utama di lingkungan pondok yang ditempati kyai.

“Ayo le, melu aku,” Kyai mereka mengajak naik ke mobil yang disopiri salah seorang pengurus pondok.

Ternyata mereka diajak berkunjung ke pondok pesantren lain. Pondok pesantren yang oleh Amin dan Taufiq disebut sebagai tempat mereka belajar dihadapan manajer swalayan. Dada mereka terasa ingin pecah saking takutnnya.

“Kyai, maafkan kelancangan dan kesalahan dua santri saya nggih? Saya yang bersalah tidak bisa mendidik mereka.” Kata Kyai mereka dihadapan seorang kyai lain yang secara usia tampak lebih muda.

“Ada apa Mas Kyai?” tanya kyai itu karena belum mengetahui duduk persoalannya.

Kyai mereka bercerita dengan jelas. Ternyata manajer swalayan itu juga pernah nyantri ditempatnya. Menceritakan kepada seorang pengurus pondok mengenai kejadian kesalahpahaman di swalayan yang menimpa para juniornya.

“Aduh Kyai, kenapa mesti repot-repot ke sini buat meminta maaf. Adikmu inilah yang semestinya ke ndalem buat silaturahmi,” jawab kyai muda itu tersenyum begitu mendengar duduk persolannya.

“Lagian biarkanlah Kyai, namanya juga mereka masih muda-muda. Masih sangat wajar berbuat khilaf,” lanjut kyai muda itu sambil tersenyum kepada Amin dan Taufiq. Yang dipandang langsung menunduk malu dan salah tingkah.

Begitulah dua kyai itu menyelesaikan persoalan. Keduanya justru saling meminta maaf dan beberebut salah.

Usai berbincang cukup lama. Kyai beserta dua santrinya itu kembali ke pondok pesantren. Tidak ada kemarahan seperti yang mereka bayangkan.

“Ini titipan dari Kang Mas mu,” kata Kyai sambil mengulurkan uang Rp150 ribu yang dibayarkan Amin di swalayan dan satu bolpoin yang semestinya mereka beli.

“Kepada saudara harus bisa menutup aib. Jangan malah aib kita dikasihkan saudara yang tidak tahu apa-apa.” Kata kyai itu sambil masuk ke dalam rumah.

*Cerita dibuat dan diolah berdasarkan kisah nyata seorang santri di pesantren Kabupaten Tuban, Jawa Timur.

Selama bulan puasa redaksi blokTuban.com mengangkat kisah, cerita, dongeng, nasehat dan tradisi yang didapat dari pondok pesantren. Kisah bisa didapat dari penuturan santri, kyai, ataupun sumber-sumber lain.

Tag : cerita ramadan, trasdisi, pesantren, kisah pesantren, cerita dari pesantren



* Ingin Beli / Transaksi, Klik di Bawah Ini

Logo WA Logo Telp Logo Blokbeli

Loading...
-->

PEDOMAN KOMENTAR

Ayo berpartisipasi membangun budaya berkomentar yang baik. Kolom komentar tersedia untuk diskusi, berbagi ide dan pengetahuan. Gunakanlah bahasa yang baik dalam berekspresi. Setialah pada topik. Jangan menyerang atau menebar kebencian terhadap suku, agama, ras, atau golongan tertentu.

Pikirlah baik-baik sebelum mengirim komentar.




blokTuban TV

Redaksi

  • Monday, 14 August 2023 11:00

    blokTuban.com Kembali Dipercaya UTM Tempat Praktik MSIB

    blokTuban.com Kembali Dipercaya UTM Tempat Praktik MSIB PT Blok Tuban Promosindo yang menaungi website blokTuban.com kembali mendapat kepercayaan dari Universitas Trunojoyo Madura (UTM) sebagai tempat praktik Magang dan Studi Independen Bersertifikat (MSIB) tahun 2023, Senin (14/8/2023)....

    read more

Suara Pembaca & Citizen Jurnalism

Lowongan Kerja & Iklan Hemat