Reporter: M. Anang Febri
blokTuban.com - Kesenian tradisional Rodad yang sempat hilang digusur budaya-budaya kesenian modern, kini telah kembali diangkat oleh warga dan para pemuda di Kecamatan Plumpang.
Dalam pertunjukannya, seni perpaduan antara musik tabuh, shalawatan, dan gerakan tersebut biasa dipakai untuk sebuah acara-acara besar ataupun hajatan di masa lalu. Namun, bangkit kembalinya Rodad pada masa modern ini, lebih mengarah pada persatuan dan silaturahmi umat.
Hal tersebut disampaikan oleh Koordinator penggerak kesenian, Slamet AD. Lagu serta irama shalawat yang masih terjaga murni dari dulu, difungsikan juga sebagai pratanda penyeru agar warga terdekat berkumpul.
"Saat ini, Rodad bisa diartikan sebagai penguat Ukuwah Islamiyah. Lewat kesenian itu, kita mengajak semua warga untuk saling bersilaturahmi," ujar Slamet AD kepada blokTuban.com, Rabu (2/5/2018).
Seperti dalam acara Haul KH. Muhammad Arifin (Si Mbah Mahbub) kemarin malam, Selasa (1/5/2018). Pertunjukan Rodad Wali Songo juga dipadikan dengan atraksi pencak silat Pagar Nusa. Tampil dengan seragam putih-putih, berikut permainan kipas sebagai pelengkapnya, pemain Rodad langsung diserbu warga masyarakat terdekat. Setelahnya, baru atraksi ekstrim dan seni pencak silat pun dimainkan.
"Tak hanya itu, perguruan silat lain pun boleh menyumbang beberapa seni dan atraksinya. Namun, harus terlebih dahulu minta izin kepada koordinatornya," imbuhnya lagi.
Menurutnya, jika ada pemuda atau warga yang berminat menyumbangkan kebolehannya dalam pertunjukan, tak berarti jika perguruan-perguruan lain adu hebat bahkan menunjukkan kesombong. Namun, lebih kearah persatuan dan kerukunan.
"Meskipun beda perguruan, harus tetap menjaga kerukunan umum," pungkasnya.
Sementara itu, Mustajab selaku tokoh masyarakat dan pelaku senior Rodad juga menambahkan, makna dari sebuah pertunjukan tradisional yang dikemas dengan suguhan atraksi pencak silat, dimaksud untuk menjaga dan melestarikan budaya.
Pemuda desa yang kurang memiliki kegiatan positif, ugal-ugalan, dan melakukan kegiatan kurang berarti, dapat bergabung dan melatih bakat, minat , kemampuannya dalam kesenian Rodad maupun pencak silat.
"Pada intinya, warisan budaya kesenian kita harus tetap dijaga dan dilestarikan," paparnya. [feb/ito]