Reporter: Yetik Lusiana
blokTuban.com - Pecinta kuliner jalanan, apabila melancong ke Tuban belum lengkap rasanya jika belum mencicipi olahan belut khas Bumi Wlai yang biasa dijuluki 'Cemplon'.
Berlokasi di Desa Kedungsari, Kecamatan Merakurak, Kabupaten Tuban, tempat ini tak pernah sepi disinggahi para pengunjung yang kangen akan rasa khas racikan bumbu olahan belut .
Jika sedang sangat ramai, kita bahkan harus rela makan melipir di depan rumah lesehan di atas alas duduk sederhana, mulai dari masyarakat biasa hingga pejabat gemar makan di tempat ini.
Berdiri sejak tahun 1984, tepatnya sudah 33 tahun lamanya beroperasi, Cemplon milik Bu Marni terbilang legendaris. Tempatnya tak pernah berpindah sejak awal mula dibuka. Saat ini, sang pemilik warung Bu Marni hanya membuka satu cabang di Desa Tuwiri Wetan, Merakurak, yang dikeloka oleh anak pertamanya.
Beragam sajian yang sederhana menjadi khas dari warung Cemplon, nasi lembut yang biasa orang bilang nasi jagung warna-warni, ada putih ada kuning, selain itu juga ada nasi putih, yang dilengkapi dengan bumbu khasnya yang dikenal dengan rasa pedas, yaitu belut yang dibumbu dan dimasak dengan rasa khas tangan Bu Marni.
Sehari Bu Cemplon sapaan akrab Bu Marni, memasak kurang lebih 150 kilogram belut, jika hari libur bisa kadang bisa mencapai 200 kilogram lebih. Satu porsi belut tanpa nasi dihargai Rp7.000 sedangkan jika ditambah nasi harganya juga masih bersahabat Rp10.000.
"Warung ini termasuk warung belut yang paling murah se-Tuban, namun mengenai rasanya sudah tidak diragukan lagi, kalau tidak percaya silahkah dicoba," ungkap pemilik warung belut, Bu Marni sembari melayani pembeli.
Untuk mengolah belut, masih menggunakan alat dan tempat tradisional, sehingga membuat cita rasanya khas tidak kalah dengan tempat-tempat makan jaman sekarang.
Terkait bumbu, sudah pasti tidak bisa dibeberkan, lantaran itu adalah resep keluarga yang sudah turun temurun, sehingga tentu sangat digemari banyak pengunjung. Rasa pedas asinnya ditambah daging belut yang lembut membuat orang–orang ketagihan setelah mencobanya.
“Pedas asinnya berbeda dengan warung-warung lain, kalau di warung lainnya itu kebanyakan dibuat kering terus diberi sambal biasa, tapi di sini dapat diolah dengan kuah yang enak,” ujar Bu Cemplon menjelaskan singkat.
Salah satu pengunjung setia warung belut, Elsa (21), mahasiswi yang tengah menempuh study di Unesa Surabaya semester 5 itu mengatakan, setiap liburan tiba ia selalu menyempatkan untuk datang ke warung Cemplon bersama teman-temannya, seolah hal tersebut sudah menjadi kebiasaan wajib mereka saat pulang kampung.
"Saat libur sudah pasti ke sini, kangen rasa khasnya, coba deh kalau ga percaya," jelas dara manis itu kepada blokTuban.com.
Warung Cemplon sampai sekarang masih tetap sederhana, berbeda dengan Cemplon 2 yang sudah dibangun dengan bagus, tempatnya pun tergolong tersembunyi agak jauh dari jalan raya, sehingga lumayan susah ditemukan terutama bagi orang luar.
Dalam menjalankan usaha rumah makannya, Bu Marni tidak pernah promosi terutama
menggunakan bantuan sosial media (sosmed), namun warungnya tetap saja ramai pengunjung yang datang dari ajakan teman satu ke teman yang lainnya.
Pelanggannya pun berasal dari berbagai kalangan. Untuk itu bagi pecinta kuliner khususnya belut, tidak ada salahnya mencoba menu masakan yang satu ini. [lusy/rom]