Reporter: M. Anang Febri
blokTuban.com - Lamdani (53), warga sekitar area Pesantren Langitan Kecamatan Widang, Kabupaten Tuban Jawa Timur, tidak menyangka jika Jembatan Widang yang menjadi penghubung dua wilayah kabupaten itu ambrol pada Selasa (17/4/2018).
Lelaki yang sehari-hari turut menjaga warung di sekitar jembatan bersama istrinya itu juga sering memancing di Sungai Bengawan Solo bersama masyarakat yang datang dari berbagai daerah untuk sekadar meencari ikan khas bengawan, maupun menyalurkan hobi memancing.
"Sebelum kejadian jembatan ambruk, pas itu juga saya mancing tepat di bawah jembatan sebelah barat," terang Lamdani bercerita kepada blokTuban.com.
Tak seperti biasanya, seperti ada yang mengingatkan, bahwa akan terjadi musibah besar pada jembatan tersebut. Lamdani yang biasanya enjoy memancing di bawah jembatan, tiba-tiba merasa ada hal yang ganjil. Tanpa sebab yang belum ia tahu, perasaannya tak karuan.
Lamdani pun bergeser lebih ke sisi barat, menjauh dari tempat memancingnya yang teduh dan sejuk, lalu berpindah ke tempat yang lumayan panas sebab tak dipayungi jembatan besar itu.
Saat dia bergeser pindah ke sisi barat jembatan, Lamdani rupanya sudah mendapat tujuh ekor ikan yang sebelumnya tak didapatkan ketika memancing tepat di bawah jembatan tahun 80-an itu.
"Akhirnya geser ke barat, dan sebentar saja sudah dapat tujuh ikan. Tiba-tiba saja di atas jembatan terdengar suara seperti guntur yang sangat keras menggelegar, saya kira ban pecah atau apa," tambahnya.
Usai suara ledakan keras, seketika itu juga terdengar suara gemuruh jembatan runtuh. Tiang-tiang besar penyangga jembatan ambrol, remuk, dan jatuh ke sungai terpanjang di Pulau Jawa itu. Dua kendaraan truk besar ikut serta di dalamnya. Disusul truk yang tadinya selamat dari nahas, namun malah terjungkal ke dasar permukaan sungai sebab tak kuat menahan beban.
"Truk yang menggantung di atas jembatan, kemudian pelan-pelan ikut juga merosot ke sungai menyusul dua truk yang jatuh," jelasnya.
Muncul banyak asap dari titik ambrolnya jembatan. Lamdani panik, bingung apa yang harus dia lakukan. Dia hanya bisa berteriak kepada orang-orang di sekitarnya yang juga tengah santai memancing.
Orang-orang di sekitarnya pun berhamburan, lari berbondong-bondong menuju titik sumber suara. Banyak dari mereka yang juga tertegun akan peristiwa ambrolnya Jembatan Widang. Seketika warga jadi heboh, "hanya bisa neriaki orang-orang. Setelah ramai didatangi warga baru melapor ke Polsek," pungkas Lamdani.
Tak disangka, Jembatan peninggalan jaman Belanda yang dibuat pada tahun 1978 serta selesai dan diresmikan oleh Presiden Soeharto pada tahun 1980 itu ambruk mengerikan. Berbagai pihak memiliki asumsi tersendiri atas sebab-sebab kejadian tersebut. Namun, mayoritas warga sekitar menganggap peristiwa itu sebagai kejadian nahas yang harus diambil hikmah dan pelajaran di dalamnya. [feb/rom]
Jembatan Widang-Babat Ambruk
Cerita Warga; Sebelum Ambruk Seperti Ada yang Mengingatkan
5 Comments
1.230x view