Reporter: M. Anang Febri, Khoirul Huda
blokTuban.com - Peristiwa ambruknya Jembatan Widang-Babat yang berada tepat di sebelah selatan kawasan Pondok Pesantren (Ponpes) Langitan, Kecamatan Widang, kiranya menjadi perhatian lebih dari berbagai khalayak umum.
Terlepas dari parahnya kerusakan bangunan jembatan, bersama para korban yang sampai menyebabkan korban jiwa melayang, rupanya jembatan penghubung antara Kabupaten Tuban dan Kabupaten Lamongan tersebut menyimpan banyak cerita.
Jembatan sepanjang sekitar 240 meter itu, diresmikan Presiden Republik Indonesia, Soeharto pada tahun 1980 lalu.
Salah seorang warga yang berdomisili sekitar jembatan Widang, Lamdani (53) mengingat kejadian 30 tahun lebih yang lalu. Dia menceritakan, bahwa jembatan bekas peninggalan jaman Belanda itu dibangun ulang dan sejak tahun 1979.
"Saat itu sudah berdiri semua. Sudah dilakukan pengecatan, lampu jembatan juga sudah terang terpasang. Tapi, baru awal tahun 1980 jembatan itu baru diresmikan oleh pak Soeharto,’’ ungkapnya kembali mengingat memori masa itu.
Bahkan, saat gebyar peresmian jembatan oleh orang nomor satu di Indonesia tempo lalu, sambung Lamdani yang masih menggali kenangan masa mudanya jaman dulu, pemeritah memberi apresiasi lewat hiburan kesenian wayang kulit semalam suntuk.
"Jaman dulu hiburannya ya wayang kulit Mas, bukan seperti sekarang yang ramai dengan dangdutan," kata Lamdani kepada blokTuban.com dengan sedikit bercanda, Rabu (18/4/2018).
Sampai saat awal tahun 2018 ini, musibah ambruknya jembatan yang sering kali dilewati ribuan kendaraan umum dari berbagai wilayah tiap harinya itu terasa sangat tak masuk akal. Banyak warga yang heran oleh peristiwa tersebut.
‘’Kami hampir tak percaya jembatan itu bisa ambruk,’’ katanya lirih.
Warga lainnya, Awang Haris (65) juga menambahkan, bahwa pada jam-jam dan hari tertentu, seringkali terjadi kemacetan yang mengular di wilayah itu. Tak terkecuali juga dua bagian jembatan penghubung dua kabupaten tersebut. Baik jembatan sisi timur yakni jalur Tuban- Lamongan, maupun jembatan sisi barat arah Lamongan-Tuban.
Kendaraan berat jenis tronton, trailer, container, dump truck, bus besar, serta mobil dan kendaraan umum lainnya sering macet, bertumpuk jadi satu pada jembatan-jembatan itu. Tentunya dengan jumlah berat ratusan ton lebih jika dapat ditimbang.
"Dari dulu sampai sekarang, baru kali ini kejadian ambruknya jembatan. Padahal, jembatan itu kemarin-kemarin juga sering macet dengan beban yang jauh lebih besar dari pada beban tiga truk yang ambruk di bengawan itu,’’ kata Awang. [feb/hud/ono].