Reporter: -
blokTuban.com - Perceraian adalah hal yang sebisa mungkin dihindari oleh pasangan yang sudah menikah. Namun terkadang perbedaan pendapat tidak juga menemukan titik terang, bukan semakin membaik, hubungan pun semakin memburuk. Hingga akhirnya perceraian menjadi satu-satunya jalan yang bisa dilakukan.
Tidak hanya harus menghadapi persidangan, Anda mungkin juga perlu sembuh dari luka. Tapi ada satu lagi yang perlu Anda hadapi, menjelaskan pada orang terdekat, termasuk pada anak-anak Anda.
Menjelaskan pada anak-anak tentu tidak mudah, Anda harus menyaring kata-kata yang tepat tanpa terlihat saling menyalahkan. Mungkin anak-anak juga akan mengajukan pertanyaan tentang perpisahan Anda dan pasangan. Berikut ini pertanyaan anak saat orang orangtua bercerai yang perlu Anda antisipasi.
Tentunya anak-anak akan menanyakan hal berbeda-beda tergantung pada umur mereka. Saat Anda menjelaskan pada anak berusia 5 tahun, mungkin pertanyaan yang diajukan tidak terlalu mengarah pada permasalahan Anda dengan pasangan. Namun, menjelaskan pada anak usia 5 tahun akan sedikit sulit, sebab Anda harus membuatnya mengerti tanpa menceritakan banyak detil.
Berbeda juga menjelaskan perceraian pada anak remaja, ia mungkin akan mengajukan pertanyaan yang sulit. Remaja cenderung memiliki rasa penasaran yang besar, di sini Anda harus berhati-hati dalam menjelaskan. Berikut ini berbagai pertanyaan anak saat orangtua bercerai:
1. “Apa artinya bercerai?”
Anak 3 sampai 7 tahun mungkin tidak akan mengerti saat Anda menjelaskan perpisahan atau perceraian dengan pasangan. Saat terlontar pertanyaan ini dari anak, mungkin jawaban paling sederhana yang bisa Anda utarakan adalah, “Ibu dan ayah tidak lagi tinggal bersama, tapi kami tetaplah orangtua yang menyayangimu sepenuh hati.” Anak Anda mungkin tidak langsung mengerti, bahkan ia akan mencari tahu tentang perceraian di sekolahnya, bertanya pada teman atau guru di sekolah.
Bayangan perceraian pada anak tentu berbeda, ia merasa saat salah satu orangtuanya memutuskan pergi berarti tidak lagi menyayanginya. Belum lagi kecemburuan melihat temannya memiliki orangtua yang utuh. Kadang pertanyaan tentang perpisahan pun datang berulang-ulang.
Perceraian memang tidak mudah untuk Anda, tapi pastikan anak Anda tahu bahwa ia akan tetap dicintai. Baik Anda dan mantan pasangan akan tetap berbagi waktu bersamanya. Ceritakan juga orang-orang atau keluarga terdekat yang menyayanginya.
2. “Kenapa kalian bercerai?”
Jangan ceritakan secara mendetil, itu akan membuat Anda kebingungan, tapi pastikan menceritakan jawaban Anda. Seperti, “Ibu dan ayah sebenarnya tidak ingin ini terjadi, tapi kami terus bertengkar hingga membuat kami lelah. Walaupun hidup tanpa ayah/ibu akan terasa berbeda, tapi kami tetap orangtuamu dan akan selalu menyayangimu.”
Hindari menjawab dengan, “Kami berdua tidak lagi saling mencintai.” Anak Anda bisa menyalahartikan maksudnya. Dia bisa saja mengira bahwa Anda dan mantan pasangan berarti tidak menyayanginya juga.
Namun tentunya penjelasan ini bukan hanya berupa kata-kata saja, Anda dan mantan pasangan juga harus berkomitmen dalam perkembangan anak. Meski rasanya memang sulit untuk berkompromi bersama pasangan, cobalah untuk pelan-pelan membangun hubungan sebagai teman.
3. “Aku kangen ibu” atau “Aku kangen ayah”
Ini mungkin bukan pertanyaan, tapi pasti ada saat-saat mereka menyatakan rasa kangen terhadap mantan pasangan. Anda bisa menenangkannya dengan begini, “Kamu bisa menelepon ibu/ayah setiap hari. Kamu juga boleh mengunjunginya setiap pulang sekolah atau saat hari libur. Ayo kita bicarakan dengan ibu/ayah, ya.”
Anda tidak perlu takut anak akan memihak mantan pasangan, sebab ini bukan kompetisi, yang terpenting adalah anak mendapatkan kasih sayang yang cukup. Ketika ia dewasa nanti, ia bisa mengerti sendiri apa yang sebenarnya terjadi di antara Anda berdua.
Bagaimana jika anak tidak ingin mengunjungi ibu/ayahnya (mantan pasangan Anda)? Anda tetap harus mencoba membujuknya, meskipun itu membuatnya ingin segera menemui Anda. Mantan pasangan juga berhak mendapatkan waktu bersama anak. Cobalah untuk membujuknya tanpa harus memaksanya.
4. “Di mana aku akan tinggal?”
Pertanyaan ini mungkin juga akan terlontar saat ia mengetahui perpisahan. Tentu hukum di Indonesia memiliki beberapa pertimbangan untuk memutuskan hak asuh anak. Jika anak masih kecil, biasanya hak asuh akan jatuh pada ibunya. Tapi tidak menutup kemungkinan anak bisa tinggal bersama ayahnya, saat ibu mereka dianggap tidak mampu menjaganya.
Anda dan mantan pasangan juga bisa berkompromi inginnya anak ditinggal bersama siapa, ini jalan yang baik tanpa harus berebut hak asuh. Ketika sudah sepakat, baru saat itu Anda menjelaskan.
Namun saat anak-anak beranjak dewasa, ia berhak untuk memilih. Jangan paksa anak untuk menentukan pilihan. Misalnya Anda memaksanya untuk bersama Anda, kalau tidak begitu, ia akan kehilangan hak-hak yang telah Anda berikan.
Pada masa remaja, anak sering memilih orangtua yang lebih memberikan kebebasan padanya. Mungkin Anda takut, sehingga memberinya kebebasan berlebihan, namun sebenarnya tidak harus seperti itu. Mungkin sebaliknya, Anda takut ia memilih mantan pasangan. Biarkan ia melewati fase itu, tugas Anda adalah mengontrolnya dan tetap memberikan apa yang menjadi hak anak. Saat ia dewasa, ia akan mengerti sendiri mana yang baik untuknya mana yang tidak.
5. “Apakah kalian akan kembali bersama?”
Kita tidak tahu apa yang akan terjadi di depan. Mungkin Anda dan mantan pasangan akan kembali bersama, mungkin juga tidak. Meskipun hal ini terlihat tidak pasti, tapi jangan beri jawaban yang membingungkan, hal itu mungkin terlihat seperti memberi harapan palsu pada anak.
Ungkapkan sesuatu seperti, “ Ibu/ayah mengerti kamu ingin kita tetap bersama, tapi saat ini kami harus berpisah. Bukan karena kami tidak sayang padamu, tapi untuk menjadi orangtua yang baik untukmu, ini hal yang harus kami pilih. Kami tidak ingin saling melukaimu mendengar perdebatan kami setiap hari. Kami tetap akan tetap bersama seperti teman.”
6. “Kenapa kalian tidak saling mencintai lagi?”
Ini akan menjadi pertanyaan yang sulit. Cobalah jawab tanpa terlihat saling menyudutkan. Mungkin perasaan mantan pasangan berubah, tapi tentu Anda tidak perlu menjawab itu dengan penuh kebencian.
Contohnya, “Kami saling mencintai dari dulu, sampai hari ini pun kami masih tetap saling menyayangi. Kami hanya berhenti untuk saling menyakiti, karena kami juga tidak ingin menyakitimu. Kamu mungkin berpikir ayah/ibu tidak lagi menyayangimu, tapi itu tidak benar. Kamu adalah segalanya bagi kami, suatu saat kamu pasti akan mengerti, sayang.”
*Sumber: kompas.com
6 Pertanyaan Anak Saat Orangtua Bercerai
5 Comments
1.230x view