Reporter: Dwi Rahayu
blokTuban.com - Setiap tahun, ribuan umat Buddha merayakan hari besar mereka, yaitu Hari Raya Waisak. Kendati peringatan tidak sebesar di Candi Borobudur yang notabene tempat ibadat terbesar di Indonesia, sejumlah umat di Kabupaten Tuban turut ambil dalam prosesi peringatan Tri Suci Waisak di Tempat Ibadah Tri Dharma (TITD) Kwan Sing Bio Tuban, Kamis (11/5/2017).
Ungkapan Tri Suci Waisak rupanya identik dengan tiga peristiwa penting yang lalui Buddha Gautama. Tiga peristiwa sakral tersebut yakni kelahiran, pencapaian pencerahan sempurna dan kemangkatan atau meninggalnya sang Buddha.
"Di mana pada tiga-tiganya (peristiwa suci buddha, red) terjadi di bulan purnama," kata Ketua Pengurus TITD KSB, Gunawan Putra Wirawan.
Bulan purnama sidi, mereka menyebutnya. Yaitu momentum yang terjadi di bulan Waisak yang kali ini jatuh di bulan Mei pada penanggalan umum. Peristiwa yang terjadi di tahun berturut yakni 623 SM, 588 SM dan 543 SM inilah yang kelak diperingati setiap tahunnya sebagai Tri Suci Waisak.
"Hari ini tepat pada bulan purnama sidi," tambahnya.
Sembahyang bersama dilakukan sebagai simbol perayaan hari raya Waisak. Prosesi tersebut dilakukan setidaknya di dua lokasi berbeda. Pertama dlakukan di Klenteng Makcocu Lintiong, yang berada di sebelah utara alun-alun Tuban dan kedua di Klenteng Kwan Sing Bio, yang berada di Jalan Re Martadinata.
Setiap umat yang melangsungkan sembahyang menyalakan dupa yang kemudian memanjatkan doa. Pertama sembahyang dilakukan mengahadap ke laut dengan posisi sama, menengadahkan dupa diapit kedua telapak tangan dan menunduk berulang kali, lantas menghadap ke dalam.
Sembahyang menghadap ke depan, lanjut Gunawan ditujukkan kepada Tuhan. Sedangkan ketika sembahyang menghadap ke dalam itu artinya ditujukan kepada dewa-dewa.
"Tidak ada acara khusus, kita hanya sembahyang, berbeda dengan di Candi Borobudur," tandasnya.[dwi/ito]