Pengirim: Andi Surya
blokTuban.com - Ruang membaca buku bagi masyarakat tak begitu banyak. Untuk membaca buku masyarkat lebih banyak mengandalkan perpustakaan. Sehingga, untuk menambah bacaan literasi harus menuju ke perpustakaan. Bisa meminjam atau membaca diruang yang dibatasi dengan tembok.
Keberadaan perpustakaan pun masih belum begitu banyak menarik minat masyarakat untuk berkunjung. Hal ini terbukti dengan pengunjung Perpustakaan Daerah (Perpusda) selama 2015. Data yang diperoleh dari Perpuda setempat tercatat hanya ada 38.202 warga berkunjung ke perpustakaan daerah. Rinciannya, jumlah pelajar yang datang ke perpustakaan umum Tuban hanya mencapai 20.308 orang, mahasiswa 8.839 orang, wiraswasta 3.928 orang, pekerjaan lain 2.825 orang. Sementara kalangan PNS 630 orang dan TNI-Polri justru paling minim minat bacanya, 256 orang dalam satu tahun. Jumlah pengunjung perpusda pada 2015 menunjukkan peningkatan dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Namun tak signifikan. Pada 2014 sebanyak 37.916 pengunjung. Sedangkan, pada 2013 sebanyak 37.906 pengunjung. Bila data tersebut dibandingkan dengan jumlah penduduk Tuban yang mencapai 1,2 juta jiwa. Masih cukup jauh persentasenya.
Dengan paparan data itu, diakui atau tidak minat baca masyarakat Tuban belum begitu bagus. Adanya ini mendorong kami Program Studi Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (Fisip) Universitas PGRI Ronggolawe ingin memberikan ruang baca buku untuk masyarakat. Kami memulai dari lingkungan kampus. Yakni, dengan mendirikan pohon baca. Sejatinya, bisa menjadi gerakan bersama. Sehingga, secara kuantitas bisa mencapai seratus pohon baca di berbagai sudut desa atau kecamatan di Tuban.
Kehadiran pohon baca, bukan bermaksud untuk merusak fungsi pohon sebagai peneduh ataupun untuk fungsi lainnya. Hanya, pohon baca menjadi sebuah simbul bahwa keberadaan ruang baca buku bagi masyarakat bisa dilakukan di ruang-ruang terbuka. Tak harus ruang tertutup yang membuat masyarakat enggan mendekat. Dengan adanya ruang terbuka membaca buku ini, setidaknya mendekatkan buku bacaan terhadap masyarkat.
Sehingga, bangunan pohon baca yang kami buat tak melukai pohon. Justru, keberadaan pohon bisa yang selalu disimbulkan sebagai kehidupan akan menjadi filosofi tersendiri bagi kehadiran pohon baca. Kami hanya membuat rak yang berisikan buku di dekat pohon. Didekatkan pada pohon. Tak sedikitpun ingin melukai pohon. Karena kami yakin, pohon ada saudara kami.
Prinsipnya, kami ingin berbagai gagasan dan ingin mendorong agar masyarakat dan mahasiswa lebih gemar membaca buku. Sebab, berdasarkan data UNESCO, presentase minat baca Indonesia sebesar 0,01 presen. Ini berarti dari 10.000 orang hanya satu saja yang memiliki minat baca. Selain itu, anak Indonesia dinilai paling malas membaca buku. Salah satu indikatornya, Indonesia menduduki peringkat kedua terbawah survei minat baca yang dilakukan The Programme for International Student Assessment (PISA).
Gerakan seratus pohon baca dimulai di dua pohon di lingkungan unirow. Lokasinya berdekatan denggan ruangg belajar mahasiswa. Sehingga, memudahkan mahasiswa untuk menambah referensi bacaan. Selain itu, ditempat terbuka dan rindang mahasiwa bisa lebih nyaman saat membaca buku. Tak hanya itu, di dekat pohon baca juga tersedia beberapa kursi yang bisa digunakan untuk tempat diskusi ringan.
*Ketua Himaprodi Ilmu Komunikasi