Reporter: Dwi Rahayu
blokTuban.com - Ribuan warga hari ini membanjiri kompleks tempat peribadatan etnis Tionghoa, tepatnya di Klenteng Kwan Sing Bio. Sedikitnya 2.000 buceng atau bungkusan berisi makanan, Rabu (24/8/2016).
Seperti diberitakan sebelumnya, selain rebutan buceng juga dibagikan beras bagi ribuan warga sekitar oleh panitia. Berkah yang diterima masyarakat tersebut dikatakan sebagi ritual memperingati sembahyang rebutan atau sedekah bumi bagi orang Tionghoa.
Sembahyang rebutan, menurut keterangan Ketua umum TITD Kwan Sing Bio, Gunawan Putra Wirawan dilakukan untuk menghormati dan memberi ucapan kepada leluhur serta sahabat yang mendahului kita, namun mereka yang belum dirawat.
Peringatan sembahyang rebutan diselenggarakan pada pertengahan bulan tujuh pada penanggalan Imlek atau Cina. pelaksanaan biasanya dilakukan pada tanggal 15 sesuai penanggalan Imlek yakni di bulan Jit Gwee.
Diketahui, pembagian beras dan rebutan buceng dilaksanakan pada waktu bersamaan. Pembagian beras dengan memberi kupon terlebih dahulu cukup berjalan tertib hingga akhir acara.
Sementara itu, ritual rebutan buceng kendati tidak ricuh cukup mengundang antusias masyarakat setempat. Pertama ritual sembahyang dilakukan pada bangunan utama, di mana umat Tridharma tersebut.
"Setelah ritual selesai, tambur dibunyikan sebagai tanda berlangsungnya rebutan bucu yang jumlahnya 2.000 tersebut," kata Gunawan menambahkan.
Sebelum tambur dibunyikan, sejumlah warga tengah bersiap mengambil tempat guna mempermudah perebutan buceng. Di bawah tenda di depan tempat ritual, 2.000 buceng terbungkus kresek merah berjajar siap diperabutkan masyarakat. Terdapat bendera kertas dipenuhi tulisan berbahasa Cina tepat di atas buceng.
"Dari 2.000 buceng, 600 buceng dibagikan ke umat (Tri Dharma) sedangkan sisanya diperebutkan warga," kata Gunaan menambahkan.
Buceng berisikan makanan mulai dari nasi, mi, kopi mengarik minat warga seperti yang diungkapkan Warsini (65). Buceng yang berisi makanan tersebut setidaknya dapat bermanfaat bagi warga.
"Kalau nasi nanti bisa dimakan langsung atau bisa di jemur," kata perempuan asal Kelurahan Karangsari, kecamatan Tuban Kota tersebut.
Setelah menungu sejak pagi, pada pukul 11.00 WIB setelah sembahyang dilakukan tanpa menunggu lama warga berebutan buceng. Hampir kurang dari sepuluh menit buceng sudah berpindah tangan kepada warga. Tidak tanggung-tanggung satu orang bahkan mendapat lebih dari lima buceng, tapi bagi warga yang kalah tangkas berebut alamat pulang tidak membawa satupun buceng.[dwi/ito]