Reporter: Dwi Rahayu
blokTuban.com - Sejumlah aliansi pergerakan perempuan berharap tidak ada lagi tindak anarkis aparat kepolisian dalam mengawal aksi aktivis. Terutama terhadap aktivis perempuan yang juga kerap melakukan aksi atau unjuk suara.
Seperti diketahui, aliansi perempuan Tuban menyuarakan aspirasi melalui aksi teatrikal. Alih-alih mendapat pengawalan dari aparat polisi, justru terjadi insiden adu dorong terhadap aktivis perempuan pada giat aksi tanggal 8 Maret 2016 lalu. Bertepatan dengan peringatan Hari Perempuan Internasional tersebut, sejumlah aktivis mengalami luka memar hingga berdarah.
Direktur Koalisi Perempuan Ronggolawe (KPR), Nunuk Fauziyah mengatakan setelah tidak anarkis yang ia alami bersama aliansi perempuan lainnya supaya tidak terjadi di kemudian hari. Bagaimana pun, menurut Nunuk menyuarakan aspirasi berbeda dengan tindakan radikal.
"Ada harapan panjang. Artinya supaya nanti ada kegiatan aktivis perempuan yang menyuarakan aspirasinya tidak mengalami tindak anarkis. Dimana aksi serupa bertujuan mendorong kebijakan supaya tidak dikriminatif atau menimbulkan kesenjangan sosial pada perempuan," kata Nunuk menambahkan.
Diberitakan sebelumnya sejumlah aliansi gerakan perempuan Tuban bersama Kepolisian Daerah (Polda) Jawa Timur dan Kepolisian Resor (Polres) Tuban duduk satu meja, Kamis (17/3/2016). Pertemuan tersebut bertujuan menemukan titik terang dalam menanggapi keluhan aliansi perempuan tersebut.
"Selain itu memberi membuka pemikiran polisi, supaya tidak lagi menganggap menyampaikan aspirasi itu salah dan tidak boleh. Mereka harus memahami teman-teman aktivis bukan seorang terorois atau kelompok radikal. Disadari atau tidak kita (aktivis) sebenarnya berpartner dengan polisi," pungkasnya.[dwi/col]