Reporter: Dwi Rahayu
blokTuban.com - Sejumlah aliansi gerakan perempuan Tuban bersama Kepolisian Daerah (Polda) Jawa Timur dan Kepolisian Resor (Polres) Tuban duduk satu meja, Kamis (17/3/2016). Pertemuan ini dilakukan untuk menanggapi laporan aliansi perempuan terhadap tindak anarkis aparat kepolisian.
Diberitakan sebelumnya pada tanggal 8 Maret 2016 yang bertepatan peringatan Hari Perempuan Internasional, sejumlah aliansi pergerakan perempuan di Tuban menggelar aksi teatrikal dilakukan di jalan depan gedung Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Tuban.
Aliansi itu terdiri dari Koalisi Perempuan Ronggolawe (KPR), Komunitas Rumah Perempuan Mandiri dan Korps PMII Putri (KOPRI) Tuban dan PMII Tuban. Celakanya, dalam giat tersebut tiga aktivis mengalami luka memar yang disebabkan adu dorong dengan aparat keamanan.
Hari ini, kata Direktur KPR, Nunuk Fauziyah, merupakan tanggapan aparat terkait laporan yang dilakukan pada 10 Maret 2016 lalu. Dalam kesempatan tersebut Polda Jatim yang diwakili oleh Kasubdit Renakta (Remaja Anak dan Wanita) Ditkrimum Polda Jatim, AKBP Anton dan Kanit Renakta, Kompol Yashinta. Sedangkan Polres Tuban diwakili Kepala Bagian Operasional (Kabag Ops), Kompol Hendry Soelistiawan dan Kasat Intel AKP Pujiarto.
"Pada pertemuan tersebut para aparat polisi meminta maaf atas insiden 8 Maret 2016. Mereka berharap peristiwa tersebut merupakan yang pertama dan terakhir," kata Nunuk.
Disebutkan Nunuk, pihak Polda Jatim sendiri menyadari bahwasanya pada 8 Maret 2016 seluruh perempuan merayakan Hari Perempuan Internasional. Hal yang patutnya dihormati namun, di Tuban justru terjadi kekisruhan.
"Namun, nanti dari pihak Polda Jatim akan melakukan pelatihan kepada Polda Se-Jatim agar memperoeh pendidikan supaya bagaimana menghadapi aksi teman-teman aktivis perempuan. Sementara Polres Tuban sendiri akan melakukan evaluasi bersama Sabhara dan Polwan agar tidak melakukan anarkis terhadap aktivis lagi. [dwi/col]