Silsilah Keluarga Pertama yang Menghuni Desa Manjung Montong Tuban

Penulis : Ahmad Nawaf Timyati Fandawan

blokTuban.comManjung merupakan salah satu desa yang terletak di Kecamatan Montong, Kabupaten Tuban. Desa Manjung sendiri memiliki luas sekitar 94,23 Hektare yang terbagi menjadi 2 dusun yakni Dusun Krajan yang didalamnya mempunyai sebuah wilayah bernama dukuhan juwet dan terdapat juga dusun kedua yang bernama Dusun Sebogo, Jumat (1/12/2023).

Desa Manjung dihuni oleh penduduk sekitar kurang lebih 2635 Jiwa dengan 712 KK yang mana mayoritas dari warganya sendiri berprofesi sebagai petani dan sebagian peternak sebagai pekerjaan tambahan. Desa Manjung sekarang dipimpin oleh seorang Kepala Desa perempuan bernama Sri Andayani, S.E sejak 2007.

Dibahas mengenai asal – usul terbentuknya sebuah desa pasti tidak akan lepas dengan histori di belakangnya adapun mengenai asal mula terbentuknya Desa Manjung menurut Abdillah Hakim (44) selaku Guru di SDN Manjung menuturkan bahwa dahulu Desa Manjung berawal dari satu keluarga yang mengembara dan menetap di daerah manjung beliau tersebut merupakan seorang janda (Mbok Rondo) dan anaknya.

Beliau menetap dikarenakan merasa cocok dengan wilayah ini yang mana mereka membuka lahan pertanian. Lambat laun dikarenakan manjung bersebelahan dengan pemerintah Pides yang sekarang bernama Desa Tanggulangin akhirnya ada beberapa yang dari tanggulangin ikut menetap di Manjung.

Dari keluarga itu yang mampu bertahan di sini yakni Buyut Sekti dan Buyut Sangku. Buyut Sekti dan Nyi Sekti mempunyai anak yang bernama Gari. Sedangkan Buyut Sangku dan Nyi Sangku mempunyai anak yang bernama Nolo yang kemudian Gari dan Nolo ini dijodohkan yang mana menghasilkan dan mempunyai anak bernama Saridin dan dinikahkan dengan Sarinah yang menghasilkan 5 keturunan yakni Glontor, Ganjar, Glono, Galung, dan Gariman.

Diantara ke 5 orang itu mereka berpencar yang mana ada yang mengembara ke jawa tengah, ada yang mengembara ke wilayah Parengan kemudian Glono dan Galuh di daerah Sebogo dan yang menetap di daerah Manjung hanya satu yakni Gariman saja.

Pada saat itu sudah adanya Belanda yang datang ke daerah Manjung untuk mencari minyak dan dari situ banyak pendatang salah satunya dari Jepara yang mana hal itu kemudian menjadi suatu perkumpulan atau komunitas yang mana pemimpin/Kepala Desa pertamanya yakni bernama Kantar yang berasal dari Jepara.

Mengenai cerita dari nama Desa Manjung sendiri di katakan bahwa dahulu ada seorang yang mendiami wilayah Manjung pertama kali yang bernama Mbok Rondo yang tanamannya dirusak oleh babi hutan.

“Untuk ceritanya dari zaman Mbok Rondo itu waktu dulu itu karena beliaunya hidup sebagai petani. Jadi dia itu bercocok tanam nah disini itu daerah goa – goa beliaunya tinggal di goa semengga itu terus bercocok tanam di pinggir – pinggir itu lah itu karena daerah goa dan hutan yang masih lebat itu banyak babi hutan disini, " Ujar pria berusia 44 tahun tersebut.

Ketika itu, lanjutnya tanaman Mbok Rondo dan orang disekitarnya itu dirusak sama babi hutan. Tidak ada yang menanggulangi babi hutan karena jumlahnya banyaka tapi ternyata Mbok Rondo memiliki kesaktian. Untuk mengusir babi tersebut hanya memakai arit dengan mengambil ujung daun pisang. Setelah diambil terus dilemparkan ke babi hutan itu seperti tombak dan babi hutan langsung mati.

Oleh karena itu, diambilkan dari Manjung itu istilah dari Mancung pisang menjadi Manjung. Dibuat manjung karena disesuaikan dengan karakter Mbok Rondo Dieman dan DiJunjung dan mempunyai jiwa kasih sayang kepada lingkungan dan keluarganya dan orang – orang disekitarnya. Selain itu, selalu menjunjung tinggi tanah di sini yang subur. 

Suatu saat itu Mbok Rondo sempat dilamar oleh Begede Pides (sekarang bernama Desa Tanggulangin). Pada saat melamar Mbok Rondo memberikan syarat yang beliau berkata “Aku gelem pok lamar tapi onok syarat e, syarat e kowe kudu ngalahno aku dengan cara dijak adu lesung”.

Dikarenakan barang satu – satunya yang dimiliki Mbok Rondo adalah lesung, dan Begede Pides tersebut ditantang di tempat yang bernama alas gogor di daerah perbatasan antara Tanggulangin dan Manjung, adu lesung tersebut ternyata adu suara yang dihasilkan oleh lesung. 

Akhirnya lesung dari Begede Pides tersebut hancur, pecah dan kalah dan akhirnya Mbok Rondo tidak jadi dilamar dikarenakan Begede Pides kalah.

“Nah itu diyakini menjadi mitos sampai searang kalau ada laki – laki dari Desa Tanggulangin meminang Perempuan asli Manjung Laki – lakinya asli Tanggulangin itu enggak akan bertahan lama itu menjadi mitos sampai sekarang, cuman kalau campuran sudah enggak,” Tambah Abdillah Hakim.

Untuk keberadaan dari Mbok Rondo sendiri banyak yang bilang beliau bertapa di sebuah gua yang bernama Gua Semengga dan dijaga oleh mahluk bernama Subali - Sugriwo. Sekarang goa tersebut menjadi punden desa dan dianggap keramat. 

Karena dijaga oleh dua mahluk tersebut, Desa Manjung mempunyai pantangan tidak boleh menggelar sebuah wayang kulit dikarenakan takutnya akan terjadi sebuah bencana atau huru - hara.

Gua tersebut konon mempunyai pantangan yakni tidak boleh didatangi perangkat atau aparat Negara. Konon kalau masih nekat maka tidak lama jabatannya akan copot bahkan pohon – pohon yang berada di sekitar gua tersebut pun dipercaya dan dianggap keramat sehingga tidak boleh ditebang sembarangan karena akan menyebabkan musibah.

Mengenai tradisinya warga Desa Manjung sendiri masih mengadakan tradisi yang masih berjalan sampai sekarang yakni berupa Sedekah Bumi yang mana biasanya dilakukan dan patokannya adalah setelah panen raya. Dibuka atau pertama kali di lakukan di Gua Semengga yang terdapat punden dan konon terdapat petilasan dari Mbok Rondo yang mana biasanya sampai menyembelih kambing.

Berikutnya ke sumber – sumber yang berada di Desa Manjung. Salah satunya di Gua Srunggo di sana terdapat sebuah sumber yang besar dan biasanya dipakai untuk penghidupan ternak warga.

Maka dari itu di sana ritualnya dengan hewan ternak yakni membawa sapi yang dikalungi dengan kupat dan dimandikan disana. Hal ini dipercaya agar sapinya mampu berkembang dan mempunyai anak banyak, dan terakhir yakni di kuburan umum.

Mengenai batas desanya sendiri Desa Manjung berbatas langsung dengan Desa Wukirharjo, Kecamatan Parengan di sebelah Timur, Desa Kedungjambe Kecamatan Singgahan di sebelah Barat, Desa Sukorejo dan Desa Ngawun Kecamatan Parengan di sebelah Selatan, dan kemudian Desa Tanggulangin di sebelah Utara. [Naw/Ali]