Larangan Berselimut Sarung bagi Kepala Desa Klumpit Soko Tuban

Penulis : Leonita Ferdyana Harris

blokTuban.comDesa Klumpit merupakan salah satu desa yang termasuk ke dalam Kecamatan Soko, Kabupaten Tuban dengan jumlah penduduk terdata kurang lebih sebanyak 4000-an jiwa, Senin (27/11/2023). 

Desa dengan mayoritas pekerjaan penduduknya bertani ini dibagi menjadi 3 dusun utama yaitu Klumpit, Kebun, dan Bentaong. Desa ini berbatasan langsung dengan Desa Wadung di sebelah barat, Desa Jegulo di sebelah timur, Desa Prambonganyang di sebelah selatan, dan Desa Maruang di sebelah utara.

Dinamai Desa Klumpit sendiri dikarenakan suburnya pepohonan Klumpit di kawasan ini sejak ratusan tahun lalu dan masih terus berbuah hingga hari ini. Keberadaan pohon Klumpit ini sendiri cukup merata di seluruh dusun yang ada di Desa Klumpit.

Ternyata, desa yang telah mengalami tujuh kali pergantian pemimpin ini juga memiliki sebuah kepercayaan yang unik yaitu kepala desa atau pemimpin desa dilarang untuk tidur berkemul sarung. Hal ini dipercaya akan membawa bala’ atau penyakit bagi sang pemimpin tersebut.

“Dari dulu, kepala desa sini seperti saya dilarang betul untuk tidur dengan berkemul sarung. Tidak tahu bagaimana kisah awalnya, tapi pantangan itu sudah dipercayai sejak dulu oleh seluruh lapisan masyarakat Desa Klumpit. Katanya, berkemul sarung itu identik dengan orang yang sakit jadi ditakutkan sang kades nanti akan jadi orang yang sakit-sakitan,” ujar Kunandar selaku Kades Klumpit saat diwawancarai blokTuban.com.

Tidak hanya itu, kepala desa juga dilarang untuk menghadiri pemakaman ataupun mengunjungi prosesi pemakaman penduduk kecuali sanak keluarganya selama menjabat sebagai kepala desa. Pantangan ini juga diberlakukan karena ketakutan masyarakat jika sang kepala desa turut meninggal dunia setelah mengunjungi prosesi tersebut.

Saat budaya manganan atau sedekah bumi, kepala desa juga memiliki sebuah aturan khusus yang harus dilaksanakan yaitu menyerahkan tumpengan dengan lauk ayam utuh yang dibakar. Tumpengan tersebut tidak hanya diserahkan di satu titik tapi seluruh titik kumpul kegiatan manganan.

“Saya kalau sudah di bulan-bulan manganan, sekitar bulan syawal itu, langsung berangkat ke Bojonegoro untuk cari ayam. Gak cukup 10 ayam aja, karena di sini tradisi manganan kan sampai 1 bulan full secara berurutan dari masing-masing dusun dan titik,” tambahnya.

Meski berlokasi di ujung utara Kecamatan Soko, rupanya Desa Klumpit ini memiliki sebuah produk unggulan yang telah diproduksi bertahun-tahun oleh masyarakat dengan dibawahi pemerintah desa. Produk tersebut ialah olahan dari daun kelor berbentuk obat dan teh.

Produk obat tersebut berbentuk pil yang terbuat dari daun kelor untuk mengobati berbagi penyakit ringan seperti pusing dan diare. 

Dalam beberapa tahun terakhir, obat ini bahkan kerap dipamerkan di pameran UMKM Tuban namun baru mendapat antusiasme pemerintah kota pada awal bulan lalu sehingga perizinan dan pengembangannya baru akan diberlakukan.

“Orang desa pasti takut untuk memulai. Selama ini kita baru bawa ke pamer-pameran aja karena belum ada izin dan sebagainya. Takut ada apa-apa kayak perampasan alat produsi, tindak pidana, dan sebagainya. Tapi Alhamdulillah bulan lalu pemerintah kota Tuban mulai melirik produksi obat daun kelor kita dan dibantu menguruskan perizinan serta pemasarannya,” tutupnya. [Leo/Ali]