Geliat Desa Kedungrejo Tuban Membangun Potensi Ekonomi

Penulis : Ahmad Nawaf Timyati Fandawan

blokTuban.com – Menjadi salah satu desa yang berada di Kecamatan Kerek, Kabupaten Tuban, Desa Kedungrejo berbatasan langsung dengan Desa Gaji di sebelah barat, Desa Margorejo di sebelah selatan, Desa Sawir disebelah utara dan Desa Kasiman di sebelah timur, Desa Kedungrejo memiliki luas sekitar 946, 65 Ha yang terbagi menjadi 3 Dusun yakni Dusun Puter, Dusun Luwuk dan Dusun Penemon.

Desa Kedungrejo dihuni kurang lebih sekitar 3.840 Jiwa yang mana profesinya bermayoritas sebagai petani dan sekarang dipimpin oleh Sugiono selaku Kepala Desa Kedungrejo.

Mengenai sejarah Desa Kedungrejo seperti yang dituturkan oleh Wafiyul Khoiri selaku Sekdes Kedungrejo mengatakan bahwa sekitar abad 18 ada sebuah Kerajaan Pajang yang megalami perang saudara. Lantas terdapat beberapa prajurit dan bangsawan yang melarikan diri dan salah satunya ke daerah Tuban tepatnya di Desa Kedungrejo (sekarang).

Dulunya pelarian dari Kerajaan Pajang tersebut membuat 3 pedukuhan yang dipimpin oleh seorang demang, yang pada perkembangannya tepatnya pada pra kemerdekaan di tahun 1916. Ketiga kedukuhan tersebut disatukan menjadi sebuah desa yang bernama Desa Kedungrejo.

“Mungkin kalah perang akhrinya lari kan. Nah salah satu daerah pelariannya kan tuban ini, nah para bangsawan dalam perjalanannya melarikan diri itu ada yang istirahat akhirnya sampai di daerah ini. Mereka bermukim disini terus akhirya jadi membentuk pemukiman di Puter, kemudian turun menjadi pemukiman di Luwuk. Ada lagi di Penemon dan akhirnya bikin pedukuhan terus dipimpin demang – demang itu sekitar abad 18 terus hingga tahun 1916 akhirnya disatukan jadi satu Desa Kedungrejo itu,” tuturnya. 

Mengenai produknya Desa Kedungrejo juga mempunyai produk unggulan yakni batik tulis tenun gedog yang mana batik ini sendiri merupakan sebuah produk khas Kecamatan Kerek. Namun di setiap desa memiliki bentuk motifnya tersendiri yang mejadi ciri khasnya. 

Seiring tahun, sekarang sudah mulai perhalan menghilang dan tergerus zaman khusunya pada pembuatan kainnya. Hal ini dikarenakan pada anak – anak muda generasi sekarang sudah jarang yang mau nganteh atau membuat kainnya.

“Potensinya ini batik yang paling utama tapi itu sudah ada pihak lain maksudnya swasta, yang punya bukan pihak desa. Akhirnya kita dukungnya itu temen–temen pengerajin di bawah, dia kan sentra, dia yang bisa jual yang bisa akses pasar tapi kan dia gak produksi sendiri mas," paparnya. 

Kendati demikian, pria berusia 33 tahun ini mengatakan jika pengrajin tenun yang berada di desa tersebut, kebanyakan sudah lanjut usia (lansia). Sementara batik tulis canting yang saat ini masih dominan di wilayah ini. 

Oleh karena itu, pihak desa berencana untuk menggelar pelatihan dan memberikan bantuan permodalan dari pihak CSR.

"Rencananya Bu Kepala Desa juga minta di mesin jahit jadi mungkin batik itu kita gak jual kain, jual produk jadi kayak baju atau kebaya mungkin,” katanya. 

Selain memiliki potensi di bidang batik Desa Kedungrejo juga dahulu menjadi salah satu sentra kelapa. Seperti yang dijelaskan Wafiyul Khoiri bahwa dahulu Desa Kedungrejo merupakan salah satu sentra kelapa sama dengan Desa Hargoretno.

Tetapi karena terkena hama pada akhirnya kelapa yang ada di Desa Kedungrejo habis. Menghadapi hal tersebut pihak desa berupaya untuk mengembalikan dengan cara menanam pohon kelapa lagi namun hasilnya belum sesuai harapan.

“Kita udah mulai dari 4 tahun 5 tahun yang lalu masih gagal. Bahkan tahun 2022 kita tanam sekitar 1.500 pohon kelapa gagal juga, karena kita belum punya lahan untuk jadi percontohan. Akhirnya kita fokusnya ke pengadaan bibit ketela ke temen–temen petani sama edukasi itu saja. Akhirnya kan mereka tanam nah mungkin dalam perjalananya dia lebih ngerawat tanaman jagung, ketela itu akhirnya dia tidak terawat dan terserang hama,” ujarnya.

Disamping itu, pria yang akrab disapa Wafiyul ini mengaku jika rencananya, pihaknya akan memanfaat lahan yang ada di wilayah tersebut. Untuk memberikan contoh pemilihan atau penanaman bibit kelapa yang bagus, seperti halnya hibrida, genjah entok, ataupun genjah wulung.

"Sementara ini kita fokuskan Desa Kedungrejo mengembalikan sebagai sentra kelapa," ungkapnya.[Mad/Dwi]

 

*Penulis merupakan mahasiswa aktif Universitas Trunojoyo Madura (UTM) yang magang di media blokTuban.com.

 

Temukan konten blokTuban.com menarik lainnya di GOOGLE NEWS