Desa Sugihan Dulu Didatangi Saudagar Kaya, Kini Penghasil Klengkeng Enak di Tuban

Oleh : Nurul Mu’affah

blokTuban.com – Siapa yang tidak mengenal Desa Sugihan? Desa Sugihan merupakan sebuah desa yang terletak di Kecamatan Merakurak, Kabupaten Tuban.

Lokasinya kurang lebih 25 menit dari pusat Kota Tuban. Desa seluas 911 Hektare ini terbagi menjadi dua dusun, yaitu Dusun Krajan I dan Krajan II.

Disampaikan kepada blokTuban.com bahwasannya nama Desa Sugihan sendiri diambil dari kata sugih, atau kaya. Dikisahkan pada zaman dahulu terdapat banyak pendatang yang masuk ke Desa Sugihan untuk berniaga.

Konon katanya banyak para pendatang yang kaya setelah masuk dan berdagang di desa ini, maka dari itu desa ini dinamakan Desa Sugihan.

“Namanya diambil dari cerita orang-orang kalau dulu itu ada pendatang yang ke sini itu, pengusaha-pengusaha dan sebagainya itu bisa berkembang, sugihan itu maksudnya sugih(kaya)nya diambil orang,” Terang Turji, Sekdes Desa Sugihan, Sabtu (7/10/2023).

Adapun jumlah penduduk Desa Sugihan sebanyak 2.922 jiwa dengan mayoritas berprofesi sebagai petani.

Desa Sugihan sendiri terkenal akan tanaman klengkeng. Turji menambahkan bahwa di desa ini terdapat kebun kelengkeng milik warga yang sudah dikenal hingga ke luar daerah.

“Di sini yang menonjol dan sudah diketahui banyak orang itu kelengkeng, wisata kelengkeng, kebunnya kurang lebih 30 Hekatare, itu milik warga sekitar,” Jelas Turji, Sekdes Desa Sugihan. Sabtu (7/10/2023).

Selain itu, di desa ini juga terdapat sebuah petilasan yang seringkali dijadikan tempat untuk melakukan tradisi sedekah bumi oleh masyarakat setempat. Masyarakat sekitar memanggilnya dengan sumur wali.

“Dahulu kala cerita dari orang-orang, ada wali Allah yang bikin sumur, kalau sekarang dinamakan sumur wali. Dulu satu-satunya sumur di Sugihan ya di situ. Itu salah satu tokoh yang berjuang, wali Allah mungkin, yang bikin sumurnya itu,kurang jelas wali allahnya, tapi yang babat tanah di Sugihan itu Mbah Anggot,” Terang Turji, Sekdes Desa Sugihan (30/08/2023).

Tradisi sedekah bumi biasanya dilakukan dua kali dalam setahun pada saat padi berbunga dan pada waktu panen. Lalu pada malam harinya digelar acara tayuban yang dilaksanakan di sumur tersebut.

Selain itu, juga terdapat mitos yang berkembang di masyarakat desa ini bahwasannya jika ada pengantin sebelum menikah harus mencuci muka atau mandi menggunakan air yang ada di sumur wali ini supaya awet muda. [Af/Ali]