Mengulik Tradisi Warga Sumberjo, Desa Penghasil Gayam di Tuban

Penulis : Nurul Mu'afah

blokTuban.com - Desa Sumberjo merupakan salah satu desa yang terletak di ujung paling utara Kecamatan Merakurak, Kabupaten Tuban. Desa Sumberjo memiliki letak wilayah yang sangat strategis dengan wilayah seluas kurang lebih 225 Ha. 

Desa ini berbatasan langsung dengan Desa Sugihawaras disebelah utara, Desa Sugihwaras dan Desa Bogorejo disebelah Timur, dan Desa Sendanghaji di sebelah Selatan dan Barat.

Desa yang memiliki penduduk sebanyak 2.996 jiwa ini mayoritas bermata pencaharian sebagai petani dan sebagaian kecil berprofesi sebagai pedagang, pegawai negeri, serta tukang bangunan.

Kepada blokTuban.com, Kaur Keuangan Desa Sumberjo, Kasminto mengatakan dahulu di Desa Sumberjo, terdapat seorang prajurit dari Kerajaan Majapahit yang sedang tersesat dan mencari kawasan yang memiliki sumber air. 

baca juga:

 

Mengintip Produksi Kripik Gayam di Tuban yang Menggugah Selera

Namun pada saat berada di Desa Sumberjo, kemudian prajurit tersebut mendirikan sebuah candi, yang saat ini disebut oleh masyarakat dengan julukan Mboto. 

"Di mana tempat itu jika didalami memang sebuah pondasi yang diduga adalah sebuah candi yang terdapat sumber airnya. Diceritakan keturunan daripada prajurit tadi bernama Mbah Barjo yang memiliki anak bernama Mbah Blereng yang menjadi kepala desa pertama Desa Sumberjo," Jelasnya, Selasa (29/08/2023).

Sedangkan asal-usul nama Desa Sumberjo sendiri diambil karena di desa ini, dahulu terdapat ratusan sumber mata air alami yang tersebar di ratusan titik di Desa Sumberjo dan mengalir bermuara di sungai yang dinamakan Sungai Sumber Ngebruk. Sehingga daerah ini diberi nama Sumberjo, karena terdapat banyak sekali sumber mata air alami yang masih ada hingga sekarang.

Adapun mengenai makanan khas, di Desa Sumberjo terkenal dengan keripik gayam yang terbuat dari biji buah gayam. Selain dibuat keripik, gayam juga bisa direbus. Gayam adalah sejenis tumbuhan yang biasanya tumbuh di tempat lembab. 

Keberadaan Pohon Gayam sendiri tidak tumbuh di sembarang tempat, sebab hanya ditemukan di tiga desa di Tuban, salah satunya di Desa Sumberjo. Biasanya Gayam dijual hingga ke luar daerah dengan harga Rp. 90.000/Kg. 

Mahalnya harga keripik gayam dikarenakan tanaman gayam yang langka dan proses pembuatannya yang sedikit rumit. Musim gayam biasanya terjadi 2x dalam setahun, yakni pada bulan Januari dan Juni. 

baca juga:

Ribuan Warga Ikuti Manganan Syeh Maulana Iskhak Al-Maghribi Tuban

Di sisi lain, Desa Sumberjo juga memiliki tempat bersejarah yakni Makam Mbah Ndorobei yang mana merupakan sesepuh Desa Sumberjo. Beliau diceritakan merupakan seorang Tumenggung kerajaan Mataram pada zaman dahulu. 

Selain makam Mbah Ndorobei juga terdapat Makam Tambi yang namanya diambil dari pohon besar (Tambi merupakan bagian akar yang bawah dan menonjol).

Adapun mengenai tradisi masyarakat Desa Sumberjo yang sampai saat ini masih rutin dilaksanakan yaitu sedekah bumi atau Slametan Manganan yang dilaksanakan setiap Senin Wage di bulan Suro. Hal ini dilaksanakan selama setahun sekali untuk mensedekahi bumi dan mengirim doa ke Mbah Ndorobei. 

Selain itu juga terdapat tradisi unik warga Desa Sumberjo yang dinamakan Koleman. Koleman berasal dari kata “Ko’ yang artinya dari, dan “leman/lemah” yang artinya tanah. Tradisi ini biasanya diadakan di bulan Januari setiap tahun pada awal musim hujan. 

Di dalam tradisi koleman ini, masyarakat membawa hasil bumi seperti padi, ketan, dan ketela untuk selametan. Dan uniknya, dalam tradisi koleman ini, masyarakat membuat kue dari tepung beras ketan yang dibentuk seperti ulat, yang mana setelah acara selametan sebagian kue ini dibuang ke sawah yang dimaksudkan sebagai simbol harapan untuk mengusir hama.

Selain itu, Kasminto juga menambahkan setelah tradisi koleman tersebut berlangsung, maka malam harinya akan diadakan kegiatan tayuban, yang merupakan pertunjukan seni khas Kabupaten Tuban. 

"Pada malamnya diadakan kegiatan tayuban, yakni musik khas Tuban. Tayub itu kesenian khas Tuban, musiknya masih asli, lagunya lagu Jawa seperti tembang-tembang ciptaan para wali seperti Pangkur, Sri Huning, dan sebagainya,” tambahnya.[Fah/Dwi]

 

*Penulis merupakan mahasiswa aktif Universitas Trunojoyo Madura (UTM) yang magang di media blokTuban.com. 

 

Temukan konten blokTuban.com menarik lainnya di GOOGLE NEWS