Parah! 3 Faktor ini Jadi Penyebab Gagal Panen

Reporter: M. Anang Febri

blokTuban.com -‎ Hasil panen melimpah, dengan hasil serta penjualannya yang melimpah merupakan dambaan semua petani. Namun, yang terjadi beberapa waktu ini, banyak terjadi keluhan warga yang bermata pencaharian sebagai petani. Sebab panen gagal, diserang berbagai hama dan faktor lainnya.

Seperti kasus gagalnya hasil panen padi dua bulan lalu, di Desa Kenongo, Kecamatan Soko misalnya. Hampir semua petani setempat mengaku merasakan kepahitan yang mendalam, karena tak lebih dari 40% hasil padinya keluar.

‎Seperti yang dialami Maskar, petani setempat. Jika biasanya dia bisa memanen 20 ton padi dalam satu wilayah sawah, dia hanya bisa mendapatkan hasil panen yang kurang dari 5 ton saja. Sebab, hama kaper dan tikus yang merajalela.

Dalam hal itu, Kepala Desa (Kades) Kenongosari juga membenarkan keadaan demikian. Menurutnya, gagal panen yang terjadi pada petani disebabkan oleh tiga hal.

"Benar, dulu gagal panen. Sebab ada tiga hal yang sangat jadi faktornya," ujar beber Kenongosari, Sukamto ST kepada blokTuban.com, Selasa (10/4/2018).

Sukamto menerangkan jika faktor pertama penyebab terjadinya gagal panen petani di desanya itu karena penawaran obat, ataupun pestisida ‎yang kurang pas untuk menjaga padi dari gangguan penyakit.

"Selanjutnya, adalah hama tikus yang banyak bertebaran di sawah warga. Tanaman bisa rusak habis diserang tikus,"‎ imbuh Kades.

Hama tikus yang merupakan hama klasik dari jaman dahulu hingga sekarang ini, masih di cari bagaimana cara untuk mengurangi maupun membasminya. Berbagai cara telah di upayapara petani, namun tetap saja tikus banyak berpetualang di ladang padinya.

Sedangkan masalah terakhir adalah banjir. Tak bisa dipungkiri, jika letak geografis desa yang berada di tepian Sungai Bengawan Solo selalu menjadi langganan banjir. Dari hal itu, rupanya terdapat fakta yang cukup mencengangkan. Sebab, dalam awal tahun 2018 ini yang baru menginjak bulan April, sudah dua kali banjir menyapa desa yang juga terkenal dengan sentra kerajinan dompet kulitnya itu.

"Dalam awal tahun ini saja, sudah dua kali Kenongosari mengalami banjir," pungkasnya.

Kendati demikian, pada awal bulan April yang ditengarai menjadi awal masuknya musim kemarau, para petani sudah mulai mengolah sawah. Tak sedikit juga yang sudah menanam padi dengan usia lebih dari satu minggu. [feb/ito]