Kerupuk Pati yang Masih Bertahan

Kontributor: Bagus Pribadi

blokTuban.com - Aneka penganan bertebaran di masyarakat. Namun, pesona kerupuk tak luntur. Penganan olahan industri rumahan itu masih bertahan hingga kini. Bagi pemilik usaha, penganan renyah itu bisa menjadi gantungan hidup.
Muning (70), salah satunya. Warga Desa Prambon Wetan, Kecamatan palang ini menekuni bisnis rumahan kerupuk pati sudah puluhan tahun lalu.

‘’Saya mulai usaha kerupuk ini sejak 1987 silam,’’ akunya.

Muning merupakan orang pertama di desanya, yang membuat kerupuk pati. Dia memulai usahanya setelah ada pelatihan dari pemerintah. Kebetulan, rumahnya menjadi tem[at pelatihan itu. Sejak saat itu, banyak warga lain yang memroduksi kerupuk.

‘’Dulu juga dapat banyak bantuan peralatan dari pemerintah,’’ tambah Muning.

Kerupuk ini terbuat dari campuran tepung tapioka dan sedikit tepung singkong. Proses pembuatannya cukup lama, dan butuh banyak tenaga. Saat mengaduk bahan inilah yang paling berat, dan butuh tenaga yang banyak. Usahanya masih bertahan hingga kini, sedangkan ada warga lain yang sudah berhenti produksi.

‘’Penghasilannya cukup untuk kebutuhan sehari-hari," ungkapnya.

Perempuan ini mengungkapkan, selain membutuhkan tenaga ekstra, pembuatan kerupuk pati juga memerlukan sinar matahari. Jika kekurangan sinar matahari, kualitas kerupuk yang dihasilkan tidak bagus.

‘’Musim hujan seperti ini merupakan kendala utama bagi kami,’’ tutur dia.

Sehari dia bisa memroduksi 1.000 bungkus. Tidak sendiri, dia dibantu anaknya, Warsiatin (40). "Perbungkus dijual ke pengepul seharga Rp 200. Kalau ada yang mau mentahnya dijual Rp 20.000 per kilo,’’ tambah Warsiatin.

Harga yang tidak sebanding dengan naiknya harga bahan baku, namun dia tak punya pilihan lain. [gus/ono]

*Kontibutor mahasiswa magang fisip unirow di blokTuban.com