Lebaran dan Rejeki Penjual Makanan

Reporter: Edy Purnomo

blokTuban.com - Tempat kuliner bisa disebut sebagai salah satu lokasi yang penuh warga di hari pertama lebaran. Aneka jenis makanan yang dijual para pedagang seperti sudah mempunyai peminat sendiri-sendiri.

Pemandangan yang sama di hampir seluruh wilayah Kabupaten Tuban, yakni warung makanan ataupun minuman sesak dengan pembeli. Itu terlihat juga di wilayah pinggiran Kabupaten Tuban.

"Yang jelas pembeli lebih banyak dibandingkan hari biasa. Waktu jualan juga lebih singkat karena stok makanan yang kita sediakan cepat habis," kata Slamet, seorang penjual bakso di Kecamatan Jatirogo, Minggu (25/6/2017).

Apa yang dilakukan Slamet, juga dilakukan pedagang yang lain. Mereka tetap meraup rejeki di saat warga yang lain merayakan lebaran. Apakah Slamet dan penjual makanan lain tidak berlebaran?

Sedikit informasi yang dikumpulkan blokTuban.com, mereka bersilaturahmi dengan saudara dan tetangga di waktu yang lain. "Kalau saya, sore nanti dagangan sudah tutup dan malamnya mengunjungi sanak saudara," kata Indah (39), perempuan yang biasa berdagang makanan di kawasan Gerdu Laut, Jalan Re Martadinata, Kabupaten Tuban.

Indah beralasan terlalu sayang melewatkan momen lebaran tanpa memanfaatkan buat mengais rejeki. "Karena banyak warga yang tidak masak, mereka mengandalkan beli makanan," katanya menjelaskan.

Meski jualan ala kaki lima, Indah bisa mengumpulkan uang sekitar Rp3 juta dalam sehari. Sebanyak Rp1 juta untuk modal membeli bahan makanan dan sisanya, bisa dibilang adalah keuntungan bersih.

Arif Rahman (33), penjual es dan makanan ringan di Jalan Merakurak-Tuban, mengaku hanya berjualan di dua hari pertama lebaran. Setelahnya dia akan tutup dua hari untuk bersilaturahmi dengan kerabat.

"Saya buka lagi di hari terakhir libur lebaran, karena hari-hari itu pas sekali banyak orang yang memanfaatkan libur dengan berwisata," terangnya.

Arif mengaku dalam sehari bisa mendapat keuntungan bersih sampai 500 ribu rupiah ketika lebaran. Besar keuntungan yang hampir setara dengan berjualan es selama tiga hari di waktu biasa.

Bagi sebagian orang, keberadaan para penjual makanan dan minuman cukup menolong mereka. Terlebih di generasi muda yang mulai enggan memasak buat menyambut Idul Fitri.

"Mau masak ribet, beruntung masih cukup banyak penjual makanan di luar," kata Vita (30), ibu rumah tangga asal Kelurahan Kebonsari, Kecamatan/Kabupaten Tuban. [pur/ito]