Patung Kongco Ikon Gres Klenteng Kwan Sing Bio

Reporter: Dwi Rahayu

blokTuban.com - Satu lagi ikon gres yang dimiliki Tempat Ibadah Tri Dharma (TITD) Kwan Sing Bio. Patung Kongco Kwan Sing Tee Koe atau Kongco Kwan Kong berdiri menjulang dengan gagahnya.

Patung Kongco, begitu kerap disebut secara simbolis diresmikan 26 Desember 2016 lalu. Semenjak itu, Patung Kongco kerap menjadi jujukan baik umat Tri Dharma ataupun masyarakat menjadikannya spot mengambil foto.

"Tingginya sekitar 30 meter 40 senti dengan menghabiskan biaya kurang lebih Rp1,5 miliar," kata Ketua Umum TITD Kwan Sing Bio, Gunawan Putra Wirawan.

Berdiri tepat di bagian pojok belakang Klenteng seluas 6,5 hektare, patung menahan cor tersebut menjadi salah satu ikon khas Klenteng Kwan Sing Bio. Pembangunan patung, kata Gunawan merupakan sumbangan dari salah seorang umat untuk dibangun di Klenteng Kwan Sing Bio.

Yang mulia Kongco dikenal sebagai panglima perang. Semasa menjabat panglima perang, ia merupakan sosok adil dan bijaksana dan dengan dibangunnya patung September 2015 lalu menjadi bentuk kebaktian umat.

Selain itu, klenteng yang menghadap laut Utara ini menampilkan replika yang terbuat dari cor berupa kepiting raksasa tepat di depan gerbang masuk. Dua capit dengan tubuh besar kepiting seolah menjadi penjaga pintu masuk klenteng yang diklaim terbesar di lingkungan klenteng se-Asia Tenggara tersebut.

Gunawan mengatakan, adanya simbol kepiting berawal pada tahun 1.971 yang idenya datang dari salah seorang pengurus. Pada siang hari, sang pengurus tersebut dalam tidurnya melihat seekor kepiting besar masuk ke kawasan klenteng.

"Kemudian pada malam hari dirapatkan, seluruh pengurus pengurus setuju memakai kepiting sebagai simbol. Kebetulan ada roi jalan dan diganti kepiting," katanya.

Bangunan sakral orang Tionghoa tersebut hingga saat ini memiliki jemaat sekitar 12.500 dari seluruh Indonesia. Hampir-hampir setiap hari umat silih berganti menjalankan ibadah di klenteng yang terletak di jalan RE Martadinata tersebut.

"Aku juga yang dari luar negeri namun tidak terdaftar sering datang, diantaranya dari Malaysia, Filipina, Hongkong dan Singapura," ungkap Gunawan.[dwi/ito]