Sangkar Burung dan Fenomena yang Dihadapi Pengrajin

Reporter: Mochamad Nur Rofiq

blokTuban.com - Demit, sebuah desa di wilayah Jatirogo, Tuban, adalah salah satu desa yang dikenal sebagai sentra kerajinan bambu. Banyak diantara warganya yang bermata pencaharian sebagai pengrajin bambu, karena bambu adalah tanaman yang banyak tumbuh di hutan wilayah tersebut.

Desa Demit juga dikenal luas oleh para penghobi burung dalam wilayah sekitar. Bukan karena ada banyaknya burung yang terdapat di desa tersebut, akan tetapi dalam kaitannya dengan status desa tersebut sebagai desa penghasil kerajinan sangkar burung dari bambu.

Industri pembuatan kerajinan sangkar burung merupakan usaha yang dijalankan secara rumahan di wilayah tersebut, meski sudah mulai tersentuh dengan peralatan modern seperti gerinda listrik, hasil akhir tetap dikerjakan secara manual. Setiap hari para perajin mampu menyelesaikan hingga tiga buah sangkar.

"Dengan dibantu tiga rekan kerja saya, kami mampu menciptakan sangkar burung yang berbahan dasar kayu limbah dan bambu hutan tersebut,” ungkap Wuryanto (40), saat ditemui blokTuban.com, di rumahnya.

Pemilihan sangkar burung dari bambu sebagai produk dari para pengrajin adalah karena proses pembuatan sangkar burung tidaklah memakan waktu yang lama, sehingga mereka bisa cepat mendapatkan hasilnya. Selain itu, naiknya pamor sangkar burung dimata penghobi burung rumahan adalah karena mahalnya biaya yang dikeluarkan untuk mendapatkan sangkar burung dari besi.

"Bahan bambu sangat mudah didapatkan di Desa kami. Karena dekat dengan hutan,” imbuh pria yang akrab dipanggil Mas Wur.

Selain bahan bambu yang mudah didapatkan dari hutan, bahan kayu juga sangat berlimpah. Untuk mendapatkan kayu para pengrajin memanfaatkan limbah perusahaan mebel yang menjamur di wilayah Jatirogo. Hal ini dikatakan Darmawan, pengrajin lain asal Dusun Kutu, Desa Demit Jatirogo.

"Bahannya sebetulnya sangat mudah dijumpai, namun yang pasti juga butuh ketelatenan dalam pembuatan. Keadaan inilah yang membuat tak jarang pengrajin pindah profesi lain," ujar pria kelahiran 1990 silam itu.

Fenomena lain yang dihadapi oleh pedagang dan pengrajin sangkar burung dari bambu ini adalah fluktuasi omset yang terkadang bisa anjlok jauh. Namun hal ini bisa dimaklumi oleh para pengrajin, karena mereka menyadari, produksi kerajinan mereka adalah komoditas hobi yang susah diterka titik naik dan titik jenuhnya. [rof/rom]