Belajar Lebih Fokus Saat Puasa

Oleh: Mei Fitria*

blokBojonegoro.com - Ketika bulan ramadhan tiba, penurunan kosentrasi belajar siswa menjadi hal yang dikeluhkan. Yang biasanya siswa terlihat berseri dan bersemangat belajar, namun ketika bulan puasa tiba, pemandangan ini mulai berkurang di kelas. Terlebih tingkat kosentrasi siswa yang cenderung menurun. Siswa kurang fokus, wajah sayu, terlihat mengantuk dan tidak bersemangat. Hal ini biasanya disebabkan adanya rasa lapar, haus dan mengantuk yang bercampur aduk.

Pada dasarnya puasa tidak hanya merupakan ibadah yang berpahala bagi yang menjalankannya, namun ada manfaat yang jauh lebih besar bagi tubuh, termasuk pada perkembangan otak. Ketika puasa terdapat perubahan pola makan yang awalnya tiga kali sehari menjadi dua kali sehari (saat sahur dan buka). Hal ini yang menjadi alasan siswa kosentrasi belajar menurun dan pada akhirnya motivasi dalam mengikuti pembelajaran di kelas juga rendah. Perlu diketahui bahwa dengan puasa (penundaan asupan kalori) sangat baik untuk perkembangan otak. Banyak penelitian menyebutkan, bahwa saat menjalankan ibadah puasa, sel-sel otak melakukan regenerasi serta membentuk struktur baru. Penelitian ini pernah di lakukan psikiater Universitas Harvard. Hasilnya, saat puasa terjadi pembatasan dan pengaturan asupan kalori yang dapat meningkatkan kinerja otak.

Hasil penelitian di atas di dukung juga oleh studi yang dilakukan Mark Mattson yang menunjukkan bahwa puasa dapat meningkatkan pertumbuhan neuron baru pada otak manusia. Fungsi neuron untuk struktural dan fungsional dari sistem saraf. Neuron memiliki kemampuan sebagai konduktivitas (penghantar) dan kemampuan eksistabilitas (dapat dirangsang), serta kemampuan merespon.

Neuron dibagi menjadi tiga macam berdasarkan fungsi dan strukturnya. Pertama, sel saraf sensorik yang berfungsi menghantar impuls dari reseptor ke sistem saraf pusat, yaitu otak (ensefalon) dan sumsum tulang belakang (medula spinalis). Ujung akson dari saraf sensorik berhubungan dengan saraf asosiasi (intermediet).

Kedua, sel saraf sotorik yang berfungsi mengirim impuls dari sistem saraf pusat ke otot atau kelenjar yang hasilnya berupa tanggapan tubuh terhadap rangsangan. Badan sel saraf motor berada di sistem saraf pusat. Dendritnya yang panjang berhubungan dengan akson saraf asosiasi, sedangkan aksonnya dapat sangat panjang.

Ketiga, sel saraf intermediete/sel saraf konektor yang berfungsi menghubungkan sel saraf motor dengan sel saraf sensori atau berhubungan dengan sel saraf lainnya yang ada di dalam sistem saraf pusat. Sel saraf intermediete menerima impuls dari reseptor sensorik atau sel saraf asosiasi lainnya. Ketiga sel saraf tersebut membentuk suatu sistem yang saling terkait sampai tersalurkannya suatu impuls dari luar dan mendukung konsentrasi seseorang.

Puasa Buat Tidur Lebih Nyenyak

Ada yang menarik saat umat Muslim sedang menjalankan ibadah puasa. Sebab, kadar gula dalam tubuh cenderung menurun, sehingga hal tersebut menyebabkan otak dalam keadaan tidur. Keadaan tersebut juga mampu meningkatkan kualitas tidur. Jadi jika di waktu biasa istirahat kurang bisa nyenyak, maka saat puasa, tidur akan lebih berkualitas dan ketika bangun lebih fresh.

Mattson dalam studinya menjelaskan, puasa dapat meningkatkan authophagy neural. Seperti diketahui, kesehatan otak tergantung pada authophagy syaraf. Ketika puasa, maka terjadi proses induksi authophagy syaraf yang mendalam, dan authophagy diketahui sebagai proses sel mendaur ulang bahan sampah dan memperbaiki diri.

Pertanyaan yang muncul; Mengapa pada saat puasa kosentrasi belajar siswa menurun? Apakah penurunan konsentrasi karena konsumsi kalori yang berkurang dan terbatas?

Apabila dipahami lebih dalam, sebenarnya dengan adanya pembatasan dan pengaturan asupan kalori saat puasa, justru membantu meningkatkan fokus dan produktivitas otak. Saat berpuasa, hormon opioids akan lebih efektif digunakan. Karena itulah otak dapat bekerja dengan baik. Selain itu melalui puasa juga bisa meningkatkan daya ingat seseorang.

Yang perlu diperhatikan oleh siswa ketika puasa antara lain, mencukupi kebutuhan nutrisi saat sahur dan berbuka puasa. Yang tidak kalah penting, dibutuhkan istirahat yang baik dan tidak membiasakan begadang hingga larut malam. Sebab, tubuh membutuhkan istirahat, agar proses metabolisme bisa berjalan normal. Dengan begitu, siswa tidak akan tampak lesu saat belajar di kelas.

Seharusnya kegiatan apapun yang dilakukan saat tidak berpuasa dan berpuasa, harus sama berkualitasnya. Bahkan menjadi lebih baik. Kosentrasi belajar siswa pun semestinya bertambah meningkat. Penyebab konsentrasi saat di kelas terganggu bukan karena puasa, malainkan mengantuk yang diakibatkan kadar gula ke otak menurun, sehingga kinerja otak tergerus dan kurangnya asupan zat besi saat sahur.

Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan untuk menjaga kestabilan kosentrasi belajar ketika puasa. Pertama, nutrisi yang cukup saat sahur dengan memenuhi kecukupan karbohidrat, protein, vitamin, zat besi dan mineral. Zat besi bisa di dapat dari sayuran dan kacang-kacangan. Jumlah zat besi yang cukup akan membantu tubuh menyerap oksigen yang lebih banyak ke otak dan berfungsi mengurangi kantuk dan mempertahankan konsentrasi saat belajar.

Kedua, istirahat yang cukup antara 7 hingga 8 jam per hari. Gunanya untuk mengganti sel-sel yang rusak, pertumbuhan, pemulihan, dan menata kembali informasi dan memori yang diterima. Ketiga, melakukan aktivitas dan kegiatan positif dan jangan terlalu menggunakan tenaga untuk hal yang tidak penting. Tujuannya untuk mengalihkan lapar dan haus pada aktivitas lainnya.

Keempat, menciptakan tempat belajar yang nyaman dan sejuk serta suasana yang produktif bagi siswa. Dengan begitu siswa akan lebih fokus untuk mengikuti proses pembelajaran di kelas dan puasa bukan menjadi alasan untuk bermalas-malasan. [mad]

*Pengirim: Dosen S1 Ilmu Keperawatan Kampus Ungu, STIKes ICSADA Bojonegoro.

Ilustrasi foto: net