Menggugah Selera, Sehari 40 Kilogram Daging Nyabik Ludes

Reporter: Dwi Rahayu

blokTuban.com - Lantaran bumbu alami yang nendang dibalur daging biawak, tak khayal warung yang berdiri sekitar 27 tahun silam itu mampu menghabiskan kurang lebih 40 kilogram daging biawak setiap harinya.

Pemilik warung, Suwarti atau kerap dipanggil Mak Ti mengaku, mendapat pasokan daging dari Kabupaten Lamongan. Saat pasokan banyak, sanggup menghabiskan daging lebih dari 40 kilogram. Akan tetapi, saat pasokan di tengkulak sedikit, terpaksa dibagi rata dengan pembeli lain.

"Kadang hanya dapat 35 kilogram daging biawak saja," kata wanita asal Dusun Sepetrojo, Desa Kedungrojo, Kecamatan Plumpang tersebut.

Memasak daging biawak tidak bisa sembarangan. Dengan cara yang benar dan bumbu yang pas, dapat menghasilkan cita rasa nan lezat di setiap gigitan.

Suwarti mengaku, dalam mengolah daging biawak, bumbu menjadi kunci penting. Sebelumnya daging biawak atau nyabik begitu masyarakat sekitar menyebut, dibersihkan terlebih dahulu. Kemudian direbus hingga tekstur daging menjadi empuk.

"Bumbu dapur lengkap perlu dihaluskan ditambah daun jeruk, daun salam dan santan, supaya saat ditumis rasanya makin sip," kata Mak Ti menambahkan.

Setelah olahan daging biawak matang dan aroma khas bumbu rempah menguar, tiba saat untuk membungkus daging biawak dengan bumbu. Tiap satu kilo daging biawak mentah dapat dijadikan 6 bungkus kecil siap santap.

Satu kilogram daging biawak dari tengkulak dibeli berkisar Rp5.000, bisa naik dan turun sesuai pasokan daging di tengkulak. Setiap satu bungkus daging biawak ia jual sekitar seharga Rp1.500 hingga Rp2.000.

"Pada pukul 10.00 WIB sudah banyak pembeli yang antre," kata Suwarti, kepada blokTuban.com

Kebanyakan yang membeli daging dari kaum laki-laki. Lantaran daging biawak kerap dijadikan tambul toak atau teman minum toak.

Oleh sebab itu, di siang hari waktu istirahat atau waktu pulang kerja, warung yang terletak di pinggiran sawah tersebut, ramai sesak dipenuhi laki-laki. Waktu istirahat seolah menjadi lengkap dengan centak, gelas dari bambu untuk minum toak, dan ditemani daging biawak.

"Tidak lebih dari lima hingga enam jam, daging biawak laris dibeli pelanggan," pungkasnya. [dwi/rom]