Melirik Bank Sampah di Banyu Urip

Reporter: Ahmad Syahid

blokTuban.com - Adanya dana CSR (Corporate Social Responsibility) dari PT Pertamina EP Asset 4 Field Cepu ternyata bisa menumbuhkan jiwa kewirausahaan bagi warga Desa Banyu Urip, Kecamatan Senori, Kabupaten Tuban. Namanya, bank sampah 'Delima', bank sampah yang didirikan sejak tanggal 14 Februari 2014 silam itu, saat ini sudah berjalan dengan baik. Program pemberdayaan masyarakat yang dimotori oleh PT Pertamina EP Asset 4 Field Cepu dan Yayasan Sekar Mandiri mengajak anggota Kelompok Wanita Tani (KWT) Desa Banyu Urip agar lebih memperhatiakn lingkungan dan berfikir produktif.

Saat ini tempat pemilahan dan pengumpulan sampah masih serba swadaya, yakni di Rumah Supriyati, Rt 01/RW 03 Desa Banyu Urip. Dari ceritanya, sebenarnya pihak Pertamina sudah memberi fasilitas tempat, karena jaraknya jauh dari rumah warga, membuat Ibu-ibu pengurus bank sampah memutuskan rumah milik Supriyati digunakan tempat pemilahan. Sehingga mereka berharap pemerintah juga bisa membantu menyediakan tempat di area yang mudah dijangkau warga setempat.

"Saat ini hanya sampah non organik saja yang kita tampung, sebab kita akan jual kembali ke pengepul. Sebenarnya jangka panjangnya juga ingin pengolahan sampah organik, namun masih belum bisa," ujar Supriyati selaku penggerak berdirinya bank sampah Delima.

Dari penuturanya, dana awal diperoleh dari tabungan Ibu-Ibu warga Desa Banyu Urip yang setiap minggunya menabung seribu rupiah, dan membawa sampah yang ada di rumah untuk dikumpulkan. Dari dana tabungan tersebut, selanjutnya dikembangkan untuk simpan pinjam dan berbagai usaha rumah tangga. Sehingga dana tersebut selalu bertambah dan berkembang. Dari setiap bulanya bisa terkumpul 1 sampai 2 ton sampah, selanjutnya dijual.

"Sistem tabungannya ini adalah jimpitan hari raya, jadi tabungan akan dikembalikan lagi saat mendekati hari raya. Hari raya kemarin bisa terkumpul Rp.62 juta. Selanjutnya dikembalikan dan dibagi ke masing-masing anggota. Bahkan saat ini, terhitung bulan Agustus sampai Desember sudah terkumpul sekitar Rp.56 juta," ujarnya kepada blokTuban.com.

Saat ini anggota sudah mencapai 120 orang, padahal diawal berdirinya hanya 20 orang ibu-ibu warga Desa Bnayu Urip. Saat ini pula diagendakan pertemuan rutin setiap seminggu sekali, pada Minggu pertama bersifat arisan, dan minggu kedua bersifat pengumpulan dan pemilahan sampah. "Bahkan di sela-sela waktu berkumpulnya Ibu-ibu pengurus bank sampah, juga diagendakan pelatihan membuat kue dan makanan, serta pelatihan kreativitas dalam memanfaatkan limbah sampah," terang Supriyati.

Dari penuturan ketua bank sampah yang baru, Ana (30), mengaku bisa belajar banyak dari perkumpulan tersebut. Sebab selain membudayakan hidup bersih dengan mengumpulkan sampah, juga bisa memanfaatkan sampah sebagai simpanan jelang hari raya warga. Selain itu juga menambah kreativitas bagi Ibu-ibu anggota dan pengurus, baik dari pelatihan pembuatan kue, makanan, limbah sampah dan polibek, untuk pemanfaatan pekarangan di sekitar rumah. Bahkan saat ini sudah ada home industri keripik di Desa Banyu Urip. Berbagai olahan keripik buah sempat diproduksi, namun terhalang pemasaran, dan saat ini untuk produksi keripik hanya pisang dan singkong.

"Alhamdulillah pengurusnya semakin semangat, bahkan bank sampah kita menjadi percontohan kecamatan dan daerah lain, sehingga tak jarang ada kunjungan ke sini," ujar Ibu dua anak tersebut.

Harapannya, bank sampah ini bisa berkembang lagi dan memberi nilai lebih bagi sesama dan lingkungan sekitar, dan semoga setiap desa memiliki bank sampah, agar bisa mencintai lingkungan dan berfikir produktif. "Semoga bisa menjadi inspirasi desa lain, kami siap dikunjungi untuk belajar bareng mengolah dan memanfaatkan sampah keluarga," jelas Ana kepada bT, sebutan blokTuban.com. [hid/rom]