Skip to main content

Category : Tag: Ite


Patra Daya EMCL

Awali Pengerjaan dengan Syukuran, Hingga Libatkan Ibu-ibu

Mengawali pembangunan infrastruktur berupa pengaspalan jalan di Desa Punggulrejo, Kecamatan Rengel, Kabupaten Tuban, tim pelaksana kegiatan Program Aksi Kemitraan untuk Pemberdayaan Masyarakat (Patra Daya), bersama pekerja melakukan syukuran sederhana terlebih dahulu di lokasi yang akan diaspal, Rabu (13/9/2017).

Serpihan Agresi Militer Belanda II di Tuban-Bojonegoro (25)

Penghadangan dan Serangan di Kabunan-Suwaloh

Setelah peristiwa cepat yang terjadi di Sumodikaran, yakni 100 pasukan gerilya belum berhasil melumpuhkan 5 serdadu yang melintas, pada bulan Mei 1949, seksi Dihar dan Supandi mengadakan pertemuan di Wedi.

Serpihan Agresi Militer Belanda II di Tuban-Bojonegoro (22)

Di Sumodikaran, 100 Gerilya Gagal Lumpuhkan 5 Serdadu

<strong><em>Masih pada bulan April 1949, sekitar pukul 07.00 WIB, seksi Dihar, seksi Supandi dan Seksi Noorcahyo dengan total kekuatan 100 orang masing-masing bersenjata, berkumpul di tengah tegalan di Desa Sumodikaran, Kecamatan Dande, tepatnya di sebelah barat jalan besar.</em></strong>

Serpihan Agresi Militer Belanda II di Tuban-Bojonegoro (20)

Penghadangan di Balen, Taktik 4 Regu Berhasil

<strong><em>Pada bulan April 1949, Seksi Supandi melakukan penghadangan di perempatan jalan besar Balen. Sementara di selatan kecamatan tersebut, yakni di Desa Sidobandung, sudah dipisah 4 regu yang mempunyai sasaran masing-masing.</em></strong>

Serpihan Agresi Militer Belanda II di Tuban-Bojonegoro (18)

Tragedi Penghadangan Serdadu di Selatan Bojonegoro

<em>Serdadu Belanda melanjutkan gerakan untuk menduduki wilayah selatan Bojonegoro. Mereka menempati rumah dinas kehutanan dekat jembatan Desa Kedungsari. Sore hari saat sebagian serdadu, mandi di sungai, Pasukan Gerilya (Pager) Desa menembaki mereka dari ketinggian.</em>

Serpihan Agresi Militer Belanda II di Tuban-Bojonegoro (17)

Kemenangan Gerilya Diawali dari Gondang

Pada lereng utara Pegunungan Kendeng yakni mulai Sugihwaras, Bubulan hingga Ngambon, Bojonegoro menjadi tempat dan kedudukan unsur-unsur pimpinan militer dan sipil pada masa agresi militer Belanda ke dua.

Serpihan Agresi Militer Belanda II di Tuban-Bojonegoro (15)

Medan Pertempuran di Tuban Selatan

<em><strong>Sumur-sumur minyak mentah adalah salah satu kunci kedatangan pasukan Belanda ke Indonesia. Di Tuban, sumur-sumur minyak mentah itu berada di&nbsp;wilayah selatan, berbatasan langsung dengan Kabupaten Bojonegoro dan Cepu, Blora.</strong></em>

Serpihan Agresi Militer Belanda II di Tuban-Bojonegoro (14)

Letda Soetjipto, Mimpi Buruk Pasukan Belanda di Mondokan

<strong><em>Letda Soetjipto, namanya diabadikan di sebuah patung dan jalan di sisi barat kota Tuban. Jalan dan tempat patung itu berdiri, dulunya adalah medan pertempuran yang menjadi saksi tangkasnya pasukan Letda Soetjipto mempermainkan pasukan Belanda yang bersenjata lebih canggih.</em></strong>

Serpihan Agresi Militer Belanda II di Tuban-Bojonegoro (10)

Barisan Pejuang Bertempur dengan Perut Kosong di Beron

Agresi Militer ke II yang dilakukan pasukan Belanda di Indonesia, termasuk di Tuban-Bojonegoro, memuat banyak kisah. Berbeda dengan serdadu Belanda yang bertempur dengan persenjataan lengkap, tenaga profesional, dan logistik yang cukup, tentara dan barisan rakyat pejuang justru sebaliknya, bertempur dengan persenjataan yang terbatas.

Serpihan Agresi Militer Belanda II di Tuban-Bojonegoro (9)

100 Ledakan di Kaliketek, Hingga Gugurnya Lettu Suyitno

Sekitar tujuh hari sebelum dilakukan penyerbuan ke Bojonegoro, Belanda telah menyiapkan jembatan darurat di Desa Simo, Kecamatan Soko, Kabupaten Tuban, tepi Bengawan Solo. Tempat itu juga yang menjadi kontak senjata dengan pasukan Ronggolawe yang bertugas mempertahankan kota. Terbentang Bengawan Solo dengan lebar sungai masih 80 meter saat itu, antara pasukan Ronggolawe dengan Belanda terjadi baku tembak.