PPG Unirow dan Tantangan Kepemimpinan Sejati

Reporter: Mochamad Nur Rofiq

blokTuban.com - Di tengah riuh wacana reformasi pendidikan nasional, Universitas PGRI Ronggolawe (Unirow) Tuban memberi sinyal kuat. Pemimpin pembelajaran masa depan bukan hanya soal ijazah, tapi juga tentang integritas, ketangguhan, dan kesiapan menghadapi realitas. 

Pesan itu menggema dalam 'Gelar Karya Projek Kepemimpinan Mahasiswa PPG' yang digelar Jumat, 23 Mei 2025, di Aula Lantai 3 Perpustakaan Unirow.

Bukan sekadar pameran hasil praktik lapangan, kegiatan ini menjadi cermin komitmen Unirow dalam membentuk guru pemimpin—yang sanggup berinovasi, siap ditempatkan di pelosok mana pun, dan tetap teguh menjalankan tugas tanpa mengeluh.

“Jangan sampek mundur! Saudara ditempatkan di sekolah yang membutuhkan, bukan yang menyenangkan,” tegas Rektor Unirow, Dr. Warli, M.Pd, di hadapan puluhan calon guru peserta Pendidikan Profesi Guru (PPG) Gelombang 2. 

Ucapan itu bukan peringatan biasa, melainkan refleksi keras dari fenomena undur diri peserta PPG yang tak siap ditugaskan jauh dari rumah.

Karya Kepemimpinan, Bukan Sekadar Formalitas

Sebanyak 27 kelompok mahasiswa dari program PGPaud dan PGSD memamerkan hasil nyata implementasi kepemimpinan di sekolah tempat mereka praktik. Produk mereka beragam—dari pengelolaan limbah menjadi media belajar, alat peraga berbasis digital lokal, hingga karya batik tas ecoprint hasil kolaborasi dengan anak berkebutuhan khusus.

Namun lebih dari hasil fisik, nilai utamanya adalah proses kepemimpinan: kemampuan mahasiswa membaca kebutuhan siswa, memimpin perubahan kecil di kelas, dan menggerakkan lingkungan belajar secara transformatif.

"Ini bukan tugas kuliah, ini panggilan tanggung jawab. Yang dipamerkan bukan sekadar produk, tapi jejak kepemimpinan,” ungkap Saeful Mizan, M.Pd, Kaprodi PPG Unirow. Ia menegaskan, kegiatan ini adalah syarat mutlak kelulusan mahasiswa semester akhir—bukan formalitas, tapi pembuktian kompetensi kepemimpinan.

Dalam sambutannya, Rektor Unirow juga menyinggung pentingnya rasa syukur—bukan hanya dengan ucapan, tapi dengan kesiapan. Karena biaya kuliah PPG sepenuhnya ditanggung negara, maka tanggung jawab peserta tidak berhenti pada ijazah, melainkan komitmen melayani di mana pun dibutuhkan.

“Kalau masih pilih-pilih lokasi tugas, itu bukan pemimpin, itu turis pendidikan,” sindir Dr. Warli.

Gelar Karya ini menegaskan bahwa memimpin bukan berarti memegang mikrofon atau duduk di panggung kehormatan. Di Unirow, memimpin artinya membentuk masa depan—dari ruang kelas, dari desa, dari tempat yang sering luput dari perhatian.

Jika para calon guru ini kelak ditempatkan di sekolah kecil yang bahkan belum punya Wi-Fi, mereka tetap akan mengajar dengan hati, bukan keluhan. Itulah pemimpin pembelajaran masa depan yang ditanam hari ini di Unirow.

Seperti yang diutarakan Siti Nur Aini, peserta dari PPG PGSD, justru menguatkan tekadnya.“Biarpun jauh, tugas tetap dijalankan. Ilmu yang kami dapat bukan untuk ditaruh di lemari,” ucapnya mantap.[rof/rul]