
Reporter : Ali Imron
blokTuban.com - Inovasi pengelolaan sampah yang dilakukan Desa Rengel, Kecamatan Rengel, Kabupaten Tuban, Jawa Timur, berhasil mencuri perhatian nasional. Kepala Desa Rengel, Mundir, diundang khusus untuk mempresentasikan keberhasilan bank sampah desanya dalam ajang prestisius Indonesian Petroleum Association Convention and Exhibition (IPA Convex) ke-49, yang digelar di ICE BSD, Tangerang, 20–22 Mei 2025.
"Awalnya warga masih buang sampah sembarangan. Tapi sekarang mereka sadar untuk memilah dan menyetorkan ke bank sampah," kata Mundir di hadapan pengunjung pameran, Senin (20/5/2025).
Program pengelolaan sampah ini sendiri sudah berjalan sejak 2019. Dengan dukungan dari ExxonMobil Cepu Limited (EMCL), operator migas Lapangan Banyu Urip, Blok Cepu, desa ini berhasil membentuk sistem pengelolaan sampah yang mandiri, terstruktur, dan berdampak langsung ke ekonomi warga.
Setiap bulan, warga Desa Rengel mengumpulkan sekitar 6 ton sampah plastik dan 3 ton sampah kertas. Sampah organik pun tak luput dari pengelolaan diolah menjadi kompos hingga pakan maggot yang bernilai ekonomis. Semua ini dikelola melalui sistem bank sampah desa.
Bukan sekadar mengurangi pencemaran, program ini juga menjadi sumber cuan bagi desa. Dalam setahun, pengelolaan sampah menghasilkan omzet hingga Rp143 juta. Setelah dikurangi biaya operasional sebesar Rp93 juta, sisa Rp49 juta masuk sebagai Pendapatan Asli Desa (PADes).
Bahkan, dari pengumpulan sampah plastik dan kertas saja, warga bisa meraup hingga Rp16 juta setiap bulan. Ditambah kontribusi iuran dari 300 RT sebesar Rp135 juta per bulan, angka ini jelas menunjukkan potensi ekonomi dari sektor yang kerap dipandang sebelah mata.
EMCL sendiri sudah menjalankan program pengelolaan sampah berbasis masyarakat sejak 2015, melibatkan 5.605 rumah tangga di 10 desa di Bojonegoro dan Tuban. Di Desa Rengel, EMCL mendampingi warga sejak tahap awal dari penilaian potensi, edukasi, hingga pelatihan pengolahan sampah rumah tangga.
"Program ini berfokus pada perubahan perilaku. Masyarakat belajar memilah, mendaur ulang, bahkan memanfaatkan limbah plastik jadi kerajinan atau bahan bangunan seperti di Taman Ecobrick," ujar Community Relation P & GA EMCL, Joni Wicaksono, yang mendampingi Mundir saat presentasi.
Berbagai alat bantu juga disumbangkan—mulai dari tempat sampah, alat pemilah, hingga teknologi Lathi Geni yang bisa mengubah sampah plastik menjadi bahan bakar cair.
Desa Rengel kini tidak hanya lebih bersih, tapi juga lebih sejahtera. Program ini menciptakan lapangan kerja baru, memberikan gaji tetap untuk pengelola TPS, pemilah sampah, dan pengumpul, serta menumbuhkan semangat inovasi warga dalam mengelola lingkungan.
"Ini bukan sekadar soal sampah. Ini soal bagaimana desa kami bisa berdikari, menjaga lingkungan, dan menyejahterakan masyarakat lewat cara yang berkelanjutan," tegas Mundir.
Dengan pencapaian ini, Desa Rengel resmi menjadi salah satu role model pengelolaan sampah berbasis komunitas di Indonesia.
[Al/Rof]