Batas Waktu Bayar Hutang Puasa Ramadan, Bagaimana Konsekuensinya?

Oleh: Dwi Rahayu

blokTuban.com - Dalam Islam, puasa Ramadan merupakan salah satu dari lima rukun Islam yang wajib dilaksanakan oleh setiap Muslim dewasa yang mampu secara fisik dan mental, kecuali dalam kondisi-kondisi tertentu yang membolehkan untuk tidak berpuasa seperti sakit atau dalam perjalanan panjang.

Jika seseorang tidak dapat berpuasa selama bulan Ramadan karena alasan tertentu seperti sakit yang berkepanjangan atau perjalanan, maka mereka diwajibkan untuk membayar kembali puasa yang mereka lewatkan tersebut. Dalam Islam, ini dianggap sebagai kewajiban yang harus dipenuhi oleh individu tersebut.

Waktu untuk mengqadha puasa bagi mereka yang memiliki hutang dimulai sejak tanggal dua Syawal sampai sebelum memasuki Ramadhan berikutnya.

Menurut Wakil Sekretaris Lembaga Bahtsul Masail Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (LBM PBNU) Alhafiz Kurniawan bahwa tidak ada batas waktu mengganti utang puasa Ramadhan di bulan Sya’ban. 

Hal ini berlaku untuk orang-orang yang membatalkan puasa karena ada uzur, seperti sakit, dan hal-hal lain sehingga harus mengganti di bulan lain. 

“Boleh mengqadha puasa hingga akhir bulan Sya’ban,” ujarnya dikutip dari Nu Online, Kamis (22/2/2024).

Lantas bagaimana konsekuensi yang diterima apabila tidak segera mengganti hutang puasa Ramadan sebelumnya hingga tiba puasa Ramadan selanjutnya?

Adapun orang yang membatalkan puasanya demi orang lain seperti ibu menyusui atau ibu hamil; dan orang yang menunda qadha puasanya karena kelalaian hingga Ramadhan tahun berikutnya tiba mendapat beban tambahan. Keduanya diwajibkan membayar fidyah di samping mengqadha puasa yang pernah ditinggalkannya.   

والثاني الإفطار مع تأخير قضاء) شىء من رمضان (مع إمكانه حتى يأتي رمضان آخر) لخبر من أدرك رمضان فأفطر لمرض ثم صح ولم يقضه حتى أدركه رمضان آخر صام الذي أدركه ثم يقضي ما عليه ثم يطعم عن كل يوم مسكينا رواه الدارقطني والبيهقي فخرج بالإمكان من استمر به السفر أو المرض حتى أتى رمضان آخر أو أخر لنسيان أو جهل بحرمة التأخير. وإن كان مخالطا للعلماء لخفاء ذلك لا بالفدية فلا يعذر لجهله بها نظير من علم حرمة التنحنح وجهل البطلان به. واعلم أن الفدية تتكر بتكرر السنين وتستقر في ذمة من لزمته. 

Artinya, “(Kedua [yang wajib qadha dan fidyah] adalah ketiadaan puasa dengan menunda qadha) puasa Ramadhan (padahal memiliki kesempatan hingga Ramadhan berikutnya tiba) didasarkan pada hadits, ‘Siapa saja mengalami Ramadhan, lalu tidak berpuasa karena sakit, kemudian sehat kembali dan belum mengqadhanya hingga Ramadhan selanjutnya tiba, maka ia harus menunaikan puasa Ramadhan yang sedang dijalaninya, setelah itu mengqadha utang puasanya dan memberikan makan kepada seorang miskin satu hari yang ditinggalkan sebagai kaffarah,’ (HR Ad-Daruquthni dan Al-Baihaqi).

Sangat penting bagi seorang Muslim untuk mengambil tanggung jawab dan melunasi hutang puasa Ramadan sesegera mungkin, baik dengan melakukan puasa pengganti atau dengan membayar fidyah jika tidak mampu berpuasa karena alasan tertentu.

 


Temukan konten blokTuban.com menarik lainnya di GOOGLE NEWS