Reporter: Savira Wahda Sofyana
blokTuban.com – Lahir dan dibesarkan di Kabupaten Tuban, mejadikan Dita Yuliyana Anggraini memanfaatkan keberadaan pohon sagu yang melimpah, menjadi produk bernilai ekonomi lebih tinggi, dengan mengolahnya menjadi berbagai produk pangan.
Pasalnya, sebagai negara iklim tropis, Indonesia dikelilingi oleh hamparan hutan di setiap wilayah, dari Sabang sampai Merauke. Tak heran, beragam jenis tanaman bisa tumbuh subur di Indonesia.
Kondisi tersebut, menjadikan negeri ini kaya akan potensi alam yang dapat membantu kebutuhan pangan masyarakat, seperti halnya Kabupaten Tuban. Selain dikenal dengan potensi lautnya, Kabupaten Tuban juga dikenal sebagai wilayah yang kaya akan hasil perkebunan, termasuk pohon sagu.
Usaha olahan produk sagu ini sendiri, telah dirintis perempuan yang akrab disapa Dita tersebut, sejak Tahun 2017 silam. Berawal dari melihat potensi pohon sagu disekelilingnnya, akhirnya ia memutuskan untuk memproduksi tepung sagu.
“Karena disini potensinya banyak sekali pohon sagu dan banyak dikelola atau diambil orang luar, jadi saya merasa sayang, karena pertumbuhan sagu yang sangat lambat. Jadi sebisa mungkin kita manfaatkan sendiri sebagai produk ungulan,” ujarnya kepada blokTuban.com saat ditemui di rumah produksinya, Sabtu (18/3/2023).
Disamping itu, rupanya produksi sagu ini merupakan usaha turun temurun dari keluarganya. Sebab, jauh sebelum ia membuat tepung sagu, rupanya ibu mertuanya sudah terlebih dahulu membuatnya, yaitu sekitar Tahun 1980 namun berhenti produksi pada Tahun 2001 silam.
Selama kurang lebih enam tahun berkecimpung di dunia usaha ini, perempuan yang tinggal di Desa Mandirejo, Kecamatan Merakurak, Kabupaten Tuban tersebut mengaku memiliki beberapa kendala, salah satunya adalah faktor cuaca yang menghambat proses produksi tepung sagu.
“Kendalannya ada di cuaca, karena kalau cuaca panas untuk pengeringan tepungnya semakin cepat. Tapi kalau mendung proses keringnya jadi lambat,” bebernya.
Kendati demikian, berkat keuletan dan semangat yang dimiliki oleh Dita, saat ini tepung sagunya sudah dikenal oleh masyarakat luas. Tidak hanya di Kabupaten Tuban saja, akan tetapi juga beberapa daerah yang ada di Jawa Timur.
Selain tepung sagu, mantan penyiar radio di Kabupaten Tuban itu juga mengolah sagu menjadi berbagai produk lainnya. Seperti kerupuk sagu, gendos, dawet sagu, pentol sagu, dan juga bongko. Dengan harga yang terjangkau, mulai dari Rp5 ribu hingga Rp15 ribu.
“Rata-rata per produk, untuk produk basah seperti pentol, dawet dan lainnya saya bandrol Rp5 ribu. Tapi untuk produk yang kering seperti krupuk dan tepung sagu saya kasih harga Rp15 ribu,” jelasnya.
Lebih lanjut, perempuan berhijab ini juga berharap dengan adanya olahan sagu ini, dapat mendongkrak ekonomi masyarakat sekitar, serta dapat melestarikan budidaya sagu. [Sav/Dwi]
Temukan konten Berita Tuban menarik lainnya di GOOGLE NEWS