Era Digital dan Web 3.0 Tantangan Baru Perbankan

Reporter: Mochamad Nur Rofiq

 

blokTuban.com - Suka atau tidak suka, dunia sedang memasuki era baru dengan Web 3.0. Web3 adalah visi masa depan Internet, yaitu. Web 3.0 terdesentralisasi, yang didasarkan pada sistem blockchain.

 

Sektor keuangan yang merupakan salah satu hal terpenting dalam kehidupan sehari-hari tidak luput dari perubahan yang diakibatkan oleh digitalisasi. Hal ini menyebabkan sektor perbankan dan keuangan beradaptasi dengan era Web 3.0 dengan menciptakan inovasi produk.

 

Salah satu pembicara dalam Indonesia Digital Conference (IDC) 2022 AMSI, Timothy Utama mengatakan, konsep metaverse telah telah ada sejak lama, terutama di industri film dan game.  Melihat keberhasilan dan inovasi beberapa perusahaan tersebut, Direktur Information Technology PT Bank Mandiri, Tbk (Persero) tersebut, menyadari banyak peluang yang bisa diraih Bank Mandiri. 

 

Pihaknya juga mulai menjajaki lebih banyak peluang layanan perbankan di metaverse untuk mendukung pertumbuhan ekonomi digital Indonesia sesuai visi pemerintah.

 

“Konsep metaverse yang merupakan paralel universe dari dunia nyata, di mana nantinya kita tidak hanya dapat menghadirkan layanan perbankan seperti di dunia nyata saat ini, namun juga menghadirkan inovasi-inovasi yang belum ada, atau beyond banking,” jelas Timothy dalam Acara IDC di Hotel JS Luwansa, Rabu (23/11/2022) 

 

Baca Juga Berita blokTuban.com di GoogleNews 

 

Sementara itu, Ari Pratiwi selaku Head of IT Architecture and Strategy Bank BNI mengungkapkan tantangan digitalisasi terletak pada integrasi informasi. Sebagai bank bagi UKM, BNI menawarkan berbagai layanan. Salah satunya adalah layanan digital bernama Xpora. 

 

“Tantangan terbesar digitalisasi adalah integrasi data. Kita perlu mengetahui profil data lokal, UMKM mana yang bisa kita tawarkan bantuan dan UMKM mana yang mau go global. Itu tantangan terbesarnya," kata Ari.

 

Hal senada disampaikan Andika Rahman selaku AVP, Head of AI BRI. Ia mengatakan, bank BRI masih melakukan pendalaman untuk menyambut Metaverse. Sebab, BRI banyak berdiri di daerah pelosok yang tidak semua orang memiliki akses ke internet.

 

“Kita tahu bahwa saat ini tidak semua bisa serba digital, karena banyak nasbah di lokasi yang jauh. Jadi masih ada yang konvensional, yaitu nasabah yang datang ke bankmasih ada," ujarnya.

 

Namun, berbagai layanan juga diproduksi secara digital. Tentu saja era digital terus didorong oleh adaptasi.

 

Pembicara lainnya, Teguh Kurniawan selaku Founder dan COO Harmanda Tokocrypto mengatakan, sektor keuangan saat ini tidak bisa lepas dari era digital. Termasuk kripto. Menurutnya, manfaat aset kripto bagi perekonomian nasional sangat besar. 

 

“Teknologi Blockchain, dengan mekanisme database canggih yang memungkinkan pertukaran informasi secara transparan di jaringan perusahaan, muncul sebagai bidang pekerjaan baru bagi masyarakat,” jelasnya.

 

Indonesia Digital Conference (IDC) adalah agenda tahunan AMSI untuk memotret tren digital dan menjadi momentum refleksi para pelaku industri digital termasuk para pemilik media siber.

 

IDC 2022 digelar atas kerjasama USAID, Internews dan disponsori PT Astra Internasional, Huawei Indonesia, Bank BNI, PT PLN, Jixie, Merdeka Copper Gold, Bank BRI, Astra Honda Motor, dan LinkNet.

 

Tahun ini, IDC 2022 mengambil tema Web 3.0, Peluang dan Tantangan Model Bisnis di Era Digital. Digelar secara hibrid dan disiarkan di sejumlah channel youtube anggota AMSI yang tersebar di 24 wilayah di Indonesia. [rof]