Ragam Dialek Warga Gresik yang Diapit Dialek Suroboyoan, Jawa Timuran dan Kulonan

Reporter : Ali Imron

blokTuban.com - Dialek warga Kabupaten Gresik berbeda karena berbatasan dengan daerah yang juga memiliki lohat atau kosakata yang unik. Gresik di bagian timur berbatasan langsung dengan Pulau Madura dan Surabaya dengan dialek Suroboyoan, Lamongan di bagian barat dengan dialek kulonan, serta Sidoarjo dan Mojokerto di bagian selatan dengan dialek Jawatimuran. 

Secara topografi, Gresik memilik keunikan karena adanya Pulau Bawean yang terpisah dari daratan Gresik. Berdasarkan hasil penelitian Ahmad Muzaki dari Universitas Negeri Jakarta tahun 2018 yang berjudul Pemetaan Bahasa di Kabupaten Gresik: Sebuah Kajian Dialektologi, menyebutkan bahwa  peneliti mengangap bahwa Kabupaten Gresik merupakan wilayah yang unik. 

Di bagian utara wilayah Kabupaten Gresik seperti Kecamatan Ujung Pangkah, Kecamatan Panjeng dan Kecamatan Tambak adalah daerah pesisir pantai, sedangkan di bagian selatan adalah daerah perbukitan yang dingin. 

Tidak hanya itu saja, wilayah seperti Kecamatan Driyorejo, dan Kecamatan Wringinanom yang berbatasan langsung dengan Kabupaten Mojokerto yang kental akan Kebudayan Majapahit juga memberikan warna tersendiri bagi variasi dialek di Kabupaten Gresik. 

Baca Juga :

Puluhan Kosa Kata Ini Sering Diucapkan Warga Tuban yang Buat Kangen Anak Perantauan

25 Kosa Kata Khas Warga Rembang Beserta Artinya

Kumpulan Dialek yang Sering Diucapkan Nelayan Lamongan Beserta Artinya

Keistimewan selanjutnya adalah kehadirian Giri Kedaton sebagai suatu bekas kerajaan kecil yang didirikan oleh Sunan Giri. Bahasa yang digunakan oleh masyarakat di sekitar Giri Kedaton diangap memiliki derajat yang tinggi daripada bahasa di wilayah Kabupaten Gresik lainya. 

Adanya Kecamatan Tambak dan Sangkapura di Pulau Bawean, sebagai salah satu wilayah administrasi Kabupaten Gresik menjadi hal menarik yang dapat diteliti selanjutnya, mengingat kecamatan ini merupakan satu-satu wilayah yang menggunakan bahasa Madura. Hal ini tentu menjadi suatu kajian yang menarik untuk diteliti dalam kajian dialektologi.

Sementara berdasarkan hasil penelitian yang tampilkan di repository unair, Eva Wijayanti mengungkapkan bahwa terdapat empat desa di Pulau Bawean Gresik yang memiliki dialek bahasa yang cukup berbeda, yaitu Desa Daun (Sangkapura), Desa Suwari (Sangkapura), Desa Kepuhteluk (Tambak) dan Desa Diponggo (Tambak).

Ragam dialek dari empat desa tersebut tercermin dalam penyebutan kata “saya”. Orang-orang Desa Daun menyebut “saya” dengan kata eson, Desa Suwari menyebutnya ehon. Kemudian, warga Kepuhteluk akan menyebut “saya” dengan kata bule dan warga Diponggo menyebutnya dengan aku.

Variasi dialek ini pun menjadi ciri khas dari masing-masing desa. Oleh karena itu, cukup dengan mendengar dialek yang mereka pakai, orang Bawean lainnya akan dengan mudah mengenali dari desa mana mereka berasal.

Sebenarnya, dialek dari Desa Diponggo lah yang paling mencolok di antara dialek-dialek lain dalam bahasa Bawean. Sebagian besar kosakata dalam dialek Diponggo hampir sama dengan bahasa Jawa.

Kosakata bahasa Jawa, seperti de’e, iki, sewu, ayu, saiki, isuk, dan lainnya juga digunakan oleh warga Desa Diponggo. Hal ini terjadi karena kebanyakan warga Diponggo merupakan keturunan orang-orang Jawa. Tidak mengherankan jika kemudian dialek Diponggo sedikit banyak dipengaruhi oleh bahasa Jawa. [Ali]

Temukan konten Berita Gresik menarik lainnya di GOOGLE NEWS