Tusuk Sate Tuban, Usaha Keluarga Sejak 1987

Reporter : Ali Imron

blokTuban.com - Siapa sangka, usaha tusuk sate di Kabupaten Tuban menjadi bisnis warisan keluarga. Di Kampung "Tusuk Sate" Rt 3 RW 7 Kelurahan Perbon, Kecamatan/ Kabupaten Tuban sekitar 30 keluarga masih bertahan menekuni usaha tersebut. 

Salah satunya adalah keluarga Sumarni (60). Perempuan yang lahir tahun 1962 itu mulai belajar membuat tusuk sate sejak usianya 25 tahun atau sejak 1987. Ia meniru orang tuanya yang juga pembuat tusuk sate. Kini usaha tersebut juga diwarisi oleh anak Sumarni bernama Sri Rejeki (39). 

Saat ini, keluarga Sumarni bersama Sri Rejeki mampu memproduksi 50 ikat tusuk sate dalam sehari. Setiap ikat dijual dengan harga Rp1.000 dan diambil oleh agen langganannya asal Palang, Jenu, Merakurak, dan Tuban Kota. 

Dalam seminggu, Sumarni membutuhkan 20 batang bambu yang dibelinya dari penjual asal Kecamatan Semanding dan Merakurak. Semakin banyak orderan seperti saat ini menjelang Idul Adha, maka kebutuhan bambu terus meningkat. 

"Idul Adha tahun ini permintaan tusuk sate meningkat 50 persen dari hari biasanya," ujar Sumarni di teras rumahnya kepada blokTuban.com, Kamis (7/7/2022). 

Untuk bambu bahan baku tusuk sate, Sumarni membelinya Rp25.000/batang. Harga tersebut dianggap normal, sebab dua tahun lalu saat bambu langka pernah mencapai Rp35.000/batang. Baginya berapapun harga bambu akan dibeli, karena permintaan tusuk sate maupun ikan terus datang setiap harinya. [Ali]

Temukan konten Berita Tuban menarik lainnya di GOOGLE NEWS