Reporter: Dina Zahrotul Aisyi
blokTuban.com- Angka Orang dengan Gangguan Jiwa (ODGJ) di Kabupaten Tuban termasuk tinggi di Jawa Timur. Selain itu, banyak ODGJ yang tidak terdata pemerintah sehingga masih banyak yang tidak terawat dan berkeliaran di jalanan.
Istafada Ilma Nafi’a, founder dari Komunitas Relawan Sosial Kemanusiaan (Resik) Tuban mengaku awal mula pembentukan komunitas Resik berlatar belakang dari keinginannya untuk membantu ODGJ yang terlantar, karena menurutnya di Tuban masih belum ada komunitas yang berfokus pada ODGJ.
“Awalnya saya ketemu ODGJ di depan sini, tak ajak ngobrol dia nggak mau, tak deketin terus, dan coba tak kasih makan, ternyata dia mau. Dari situ dia mulai terbuka, cerita namanya siapa, asalnya dari mana,” ceritanya.
Dari kejadian tersebut, jiwa sosial yang ada dalam dirinya tergugah untuk bisa membentuk suatu komunitas yang bisa membantu sesamanya, terlebih pada kelompok ODGJ. Fada dan teman-teman dari Resik juga melakukan kunjungan ke yayasan ODGJ di Lamongan sebelum melakukan aksi melalui komunitasnya.
“Niatnya sebelum kita jalan sendiri, tentunya kita perlu belajar gimana cara mendekati mereka agar tidak takut ketika didekati dan belajar juga karakteristiknya mereka seperti apa,” ujarnya.
Setelah berkunjung ke sana, Fada mengaku jika semakin ingin membantu para ODGJ yang belum mendapatkan perawatan agar bisa kembali diterima di masyarakat.
“Saya salut aja, orang yang biasa ditelantarkan dan tidak dianggap di masyarakat itu, ketika mendapatkan perawatan yang layak, bisa lumayan membaik. Saya di sana lihat mereka jamaah, ngaji, pujian,” jelasnya.
Ia melanjutkan bahwa sebenarnya ODGJ butuh dibimbing, sehingga ketika dibiarkan berkeliaran saja di jalan tidak akan bisa sembuh. Apalagi, stigma yang sudah melekat pada ODGJ di masyarakat menjadikan mereka semakin terabaikan.
“Saya dapat info dari Dinsos ODGJ Tuban itu tertinggi di Jawa Timur karena Tuban jadi langganan tempat pembuangan ODGJ, rata-rata dibuang di Pantura biasanya,” ujarnya.
Komunitas Resik yang dibentuk pada pertengahan Bulan November Tahun 2021 lalu, pada akhirnya memang tidak hanya difokuskan pada kelompok ODGJ, melainkan kepada semua masyarakat yang membutuhkan bantuan.
Meskipun demikian, ketika menemukan ODGJ di jalanan, Fada dan teman-temannya sebisa mungkin mencoba pendekatan kepada ODGJ tersebut untuk dibantu.
“Selama aksi kita juga beberapa kali ketemu ODGJ di daerah Jenu. Kalau ketemu pasti kami coba dekati siapa tahu masih nyaut kalau diajak ngobrol dan bisa dibantu,” jelasnya.
Ia juga mengungkapkan harapan atau cita-citanya untuk bisa memiliki rumah penampungan ODGJ di Tuban.
“Kalau saya sebenernya ada kepengen punya yayasan ODGJ seperti di Lamongan itu. Jadi setiap ketemu ODGJ ada rumah untuk menampung mereka biar nggak di jalanan,” ungkapnya. [din/ono]