Meskipun Tidak Sebooming Dahulu, Batu Akik Masih Dicari Para Kolektornya

Reporter: Dina Zahrotul Aisyi

blokTuban.com - Batu akik pernah menjadi tren dan sempat booming beberapa tahun silam, tepatnya di kisaran tahun 2014-2015. Meskipun di tahun 2022 ini, menurut salah satu penjual akik di tepi Jalan Basuki Rahmad sudah tidak se-booming dahulu, kolektor-kolektor akik banyak yang tetap datang untuk sekadar melihat ataupun membeli akik-akik yang menurut mereka unik dan menarik.

Batu akik yang dijual Shobri, pria Asli Demak tersebut bermacam-macam bentuk dan warna. Batuan akik yang dijualnya tersebut juga berasal dari berbagai daerah di Indonesia, seperti Kalimaya dari Banten, Kecubung dari Kalimantan, Bacan dari Ternate, bahkan ada beberapa batuan yang berasal dari luar negeri, seperti dari Negara Timur Tengah, yakni Tanzania, Yaman, dan Persia.

“Bebatuan akik ini kalau di lab kan kelihatan nanti dari negara mana-mananya, kalau di lihat dari mata langsung gini yang asli lebih kinclong. Bisa dilihat lewat kaca pembesar seperti ini, asli nggaknya,” jelasnya.

Salah satu pengunjung di lapak milik Shobri adalah Abdur Rahman, pria yang bertempat tinggal di Karang Agung, Kecamatan Palang tersebut mengaku menyukai bebatuan akik sedari kelas 4 SD dan mulai menjadi kolektor sejak tahun 1980-an. “Saya hapal jenis batu-batuannya, kalau ini batu Kalimantan, Kecubung. Kalau ini dari Persia, ada kartunya. Saya kalau ada bakul akik gini suka berhenti lihat-lihat, kalau cocok harga ya kadang beli,” ujarnya.

Harga batu-batuan akik yang asli ternyata cukup menguras dompet, namun bagi para kolektor dan penghobi, menurut Shobri banyak yang tidak terlalu memikirkan harga. “Macam-macam harganya, tergantung dari embannya juga. Selain itu, tergantung corak dan semakin bersih batunya juga semakin mahal pula harganya,” ujar Shobri.

Di lapak Shobri, harga akik yang dijualnya kisaran dari harga mulai Rp 200 ribu sampai paling mahal Rp 1.500 ribu. Ia mengatakan batuan akik paling langka yang memiliki warna merah siam atau merah delima, kadang jika ada akik warna tersebut ditiru warnanya. “Kalau yang asli datangnya dari segoro kidul, batu ghaib. Biasanya yang paling langka, yang punya ya orang-orang penting gitu, raja-raja,” ungkapnya.

Pria 46 tahun tersebut juga menjelaskan jenis akik pirus dari Persia yang dijualnya, konon katanya batuan akik jenis tersebut digunakan oleh Nabi dahulu. “Ageman para Nabi dulu, batuan dari Timur Tengah. Akik kan sudah ada dari dulu, dari jaman kenabian sudah ada, bahkan sebelum itu,” terangnya.

Harga batu akik menurut Shobri sudah tidak semahal saat-saat booming dahulu, Ia mengatakan jenis batu akik bacan yang dahulunya mencapai jutaan, saat ini hanya mencapai ratusan ribu. “Sekarang Rp 300 ribu dapat, dulu pas ramai sampai di atas satu juta. Artis-artis kan berduit, nah pas ramai-ramai dulu ya naik banget harganya,” jelasnya.

Meskipun ia berjualan di tepi jalan, akik-akik yang dijualnya adalah batuan asli. Ia mengatakan bahwa yang biasa membeli memang dari kalangan orang-orang yang suka akik, kolektor, dan mayoritas bapak-bapak. “Tapi kalau orang-orang elit nggak ada yang mampir ke sini. Lebih milih beli di toko, padahal harganya lumayan bedanya kalau sama di sini. Jenisnya juga sama,” terangnya sambil tertawa. [din/sas]