*Abdus Salam (Team Leader Kotaku Jatim)*
Fenomena atau masalah yang terjadi diperkotaan tidak lepas dari arus urbanisasi. Secara geografis, perkotaan minoritas, tapi jumlah penduduk mayoritas di perkotaan.
Disisi lain, kota tidak bisa menolak atau membatasi arus urbanisasi. Tapi, urbanisasi tidak hanya mengandung persoalan, tapi juga ada potensi yang bisa dikelola.
Dua masalah yang sering dihadapi perkotaan adalah kepadatan dan energi. Sehingga, kami mendorong masyarakat secara bersama sama membangun secara mandiri, baik mengelola lingkungan maupun energi yang merupakan kebutuhan yang tidak bisa kita hindari.
Orientasi kami ada 2 hal pokok besar yang harus dijalani secara seimbang. Yang pertama adalah pembangunan infrastruktur yang menjamin keberlanjutan siklus kehidupan. Kemudian yang kedua adalah perubahan perilaku yang mendorong terhadap misi tersebut.
*Dyah Roro Esti (DPR RI)*
Kita mempunyai beberapa kebijakan terkhusus di sektor energi ini dalam konteks keberlanjutan. Bahwasannya sektor energi ini kedepannya harus selalu berkembang dengan mengoptimalkan potensi sumber sumber energi yang kita miliki secara nasional yang sifatnya lebih ramah lingkungan.
Kenapa ini penting, karena kita sedang menghadapi krisis iklim yang tentu dampaknya akan dirasakan oleh masyarakat. Yang dua, ada beberapa tekat dari pemerintah dalam mendorong transisi energi dari yang tidak ramah lingkungan ke ramah lingkungan.
Proyeksi suplai energi primer di jawa timur, Gas bumi ini memiliki bauran paling besar, 38,1 persen di tahun 2025 dan 58,7 persen di tahun 2050. Target EBTnya sendiri dikisaran 17,09 persen pada tahun 2025. Tapi saat ini, Bauran EBT tahun 2019 masih mencapai 6 persen. (Sumber: Dewan Energi Nasional)
Makanya kemarin saya tanya ke kepada dinas bagian ESDM di pemprov. Ini penting sekali untuk kita galakka, kalau tidak, kita tidak akan mencapai target yang sebetulnya dari sekarang ada waktu sekitar 4 tahun gitu.
Kita juga mengetahui bahwa, baru 2,5 persen dari total potensi 417,8 GW EBT yang ada di seluruh indonesia yang termanfaatkan. Maka, saya menggarisbawahi bahwa ini bukan sebuah tantangan, tapi sebuah peluang untuk mengembangkan, karena potensinya ada.
Di jawa Timur, total potensi 25,9 GW, termanfaatkan 310,30 MG atau 1,20 persen. untuk kabupaten bojonegoro sendiri, saya diberi info bahwa ternyata tidak ada pembangkit listrik tenaga energi terbarukan. Tapi siapa tahu potensi ini sebetulnya ada dan belum dieksplore.
Kita mempunyai kewenangan untuk mendorong sebuah kebijakan RUU EBT yang Alhamdulillah masuk di dalam Prolegnas tahun 2022. Harapan kami bisa segera selesai pembahasannya, agar bisa membantu mempercepat pengembangan EBT di Indonesia, terkhusus di wilayah bojonegoro atau pun di jawa timur.
Tentunya, transisi energi ini membutuhkan kerjasama dari seluruh elemen masyarakat di indonesia.[*]