Reporter: Dina Zahrotul Aisyi
blokTuban.com- Sebagai seorang pegiat seni, Janjang Berdikari mengonsep rumahnya sendiri sesuai dengan keinginannya. Pria asli Kelurahan Sidorejo tersebut mulai menetap di Desa Bejagung, Kecamatan Semanding, Kabupaten Tuban, sejak tahun 2014.
Di belakang bangunan rumahnya, mengalir sebuah sungai yang konon katanya bekas petilasan Sunan Kalijaga, sungai tersebut disebutnya sebagai Padusan, atau tempat mandi. Bapak tiga anak tersebut bercerita pernah mengalami kejadian yang cukup aneh, ketika istrinya sakit ia mendapat mimpi untuk memandikan istrinya di sungai belakang rumahnya.
“Jam dua waktu itu saya kebangun, karena takut saya tunggu sampai jam tujuh, terus saya coba mandikan di sana alhamdulillah kok sembuh, langsung berangkat ke pasar,” ujarnya.
Ia melanjutkan, bahwa pernah merasakan sakit pinggang dan mencoba mandi di padusan dan ternyata bisa sembuh.
“Alhamdulillah, itu nyata dan mungkin keajaiban atau sugesti kita harus kuat sepertinya,” lanjutnya.
Janjang mengatakan bahwa menyukai konsep bangunan Bali sehingga rumahnya dikonsep sedemikian rupa. Rumah yang memiliki halaman samping cukup luas tersebut dijadikan sebagai tempat ngopi olehnya, dan diberi nama Omah Ngopi Djadul, singkatan dari Bedjagung Kidul.
Karena itu, di belakang rumahnya pun dia beri banyak ornamen, termasuk patung-patung dan aksesoris khas Bali, misal warna hitam putih kotak-kotak mirip papan catur. Kalau mau ke padusan, tentu melewati halaman belakang rumahnya yang unik dan juga terkesan mistis tersebut.
Padusan di belakang rumahnya ternyata juga telah dikunjungi oleh banyak orang dari luar Tuban. Malahan warga sekitar tidak tahu-menahu tentang hal tersebut, hanya tahu bahwa sungainya untuk mandi saja.
“Terkait dengan keajaibannya warga sini nggak tahu. Malah dari jauh-jauh yang ke sini. Ada yang dari Grabagan sempet ke sini juga. Kalau musafir hampir semua, dari Banyuwangi sampai Banten pernah ke sini buat mandi,” ungkapnya.
Ia melanjutkan bahwa musafir tersebut datang di tahun 2018 untuk mandi, Janjang sendiri tidak terlalu tahu mereka mendapatkan informasi dari mana.
“Mungkin ya dari petunjuk-petunjuk paling, disuruh ke sini. Ada juga orang Jember yang datang, habis mandi di sini bilang mau ke alun-alun, terus jarak beberapa menit kembali lagi bilangnya disuruh mandi lagi,” terangnya.
Pria 56 tahun tersebut juga tidak tahu menahu terkait tujuan orang-orang yang mandi di padusan belakang rumahnya, mereka hanya meminta ijin tanpa mengatakan maksud keinginannya.
“Saya persilakan aja kalau mau mandi,” ujarnya.
Ia juga mengatakan bahwa seringkali orang-orang berendam di sungai tersebut ketika malam satu Sura.
Abah Janjang, sapaan akrabnya juga mengatakan bahwa biasanya orang-orang yang berkunjung ke padusan untuk menghilangkan aura-aura jelek yang dimilikinya.
“Yang penting sebenarnya doa kita tetap harus sungguh-sungguh biar terkabul, ini hanya perantara,” ujarnya.
Padusan di belakang rumahnya tersebut berasal dari tiga aliran sungai, yakni sungai Dandang Wacana, sungai Prunggahan, sungai koramil.
“Tiga aliran masuk ke sini semua, itu katanya yang dicari orang,” ujarnya.
Sungai tersebut juga cukup bersih dan menurut Janjang airnya cukup segar sehingga terkadang anak-anak kecil juga sering mandi di padusan.
“Hanya saja kalau hujan ya banjir, jadi halaman sini miliknya sungai semua kalau banjir, mau ditanggul nanti nggak ada seninya,” ungkapnya. [din/ono]