Reporter : Savira Wahda Sofyana
blokTuban.com – Barang bekas tidak selalu menjadi sampah yang menjijikkan. Karena bagi orang yang memiliki kreativitas, barang-barang bekas bisa menjadi barang atau perabotan rumah tangga yang memiliki nilai jual.
Selain memiliki nilai ekonomis, mendaur ulang sampah menjadi kerajinan merupakan salah satu langkah untuk turut mengurangi pencemaran lingkungan yang bisa mengakibatkan banjir.
Salah satu pelaku usaha yang menyulap sampah menjadi kerajinan ialah Andik Supratman, pria asal Desa Leran Kulon, Kecamatan Palang, Kabupaten Tuban.
Di tangan kreatif Andik dan istrinya itulah kini sampah-sampah yang dipandang orang lain kecil, bisa menjadi berbagai macam kerajinan bunga yang menggiurkan.
“Ini semua dari daur ulang sampah rata-rata dari plastik bekas yang sudah tidak dipakai,” ucapnya kepada blokTuban.com saat ditemui pada Jumat (17/12/2021).
Selain plastik bekas, Andik juga menggunakan barang-barang bekas lainnya seperti kain bekas, kertas bekas kado, stik ice cream bekas, hingga sabun yang sudah kedaluarsa. Harga-harga yang ditawarkan untuk produk bunga yang dihasilkannya dengan harga yang bervariasi.
Ia membandrol hasil kreativitasnya tersebut dengan harga kisaran Rp75 ribu hingga Rp200 ribu. Biasanya satu produk bunga yang dihasilkan oleh pria ramah tersebut bisa memakan waktu kisaran satu sampai tiga hari, tergantung dari bahan dan tingkat kesulitannya.
“Satu produk biasanya satu hari jadi, tapi kalau yang bahannya dari sabun ini paling lama, bisa sampai tiga hari baru jadi,” ujarnya.
Pria berusia 32 tahun itu mengaku jika pemanfaatan sampah ini bermula dari banyaknya barang bekas yang terbuang, sehingga ia mencoba peruntungan dengan mencoba merubahnya menjadi barang yang benilai jual dengan melihat refrensi dari youtube.
“Terinspirasi buat barang-barang terus kefikiran untuk buat bunga, kita coba sekali gagal, dua kali gagal, mungkin tiga kali baru bisa, lihat di youtube tahu caranya terus kita perbaiki kualitasnya terus. Jadi kita nggak 100 persen memakai di youtube,” terangnya.
Sudah sekitar empat tahun Andik menjalani usaha tersebut, namun belakangan ini ia baru mulai memasarkan dan memperkenalkannya kepada masyarakat. Sebelumnya, bunga hasil karya tangan Andik tersebut hanya dibeli oleh tetangga dan kerabat dekatnya saja.
Cara perawatan dari produknya pun sangatlah gampang, cukup diusap menggunakan tissu basah saja. Kendala yang dialami oleh Andik selama empat tahun ini ada pada persediaan bahan, karena ia sendiri murni mengandalkan barang-barang bekas saja.
“Kita nunggu barang nggak mau beli, nunggu barang menumpuk banyak dulu baru kita buat. Kalau beli kita sayang karena ini termasuk limbah, yang mau kita buang juga sayang,” katanya. [sav/ono]