Reporter: Dina Zahrotul Aisyi
blokTuban.com- Seiring perkembangan zaman, trend penyakit pada masyarakat juga turut serta mengalami perubahan. Di Indonesia sendiri diketahui sejak tahun 2010 telah terjadi transmisi epidemiologi dimana trend penyakit masyarakat bergeser dari Penyakit Menular (PM) menjadi Penyakit Tidak Menular (PTM).
Meskipun demikian, penyakit menular tetap harus menjadi perhatian karena masih bisa menjadi ancaman pada kesehatan masyarakat. Penyakit menular memiliki kemungkinan besar menjadi sebuah pandemi seperti halnya Covid-19 yang saat ini sedang terjadi di Indonesia sejak tahun 2020 lalu.
Tak hanya Covid-19, Indonesia saat ini menjadi negara ketiga dengan kasus Tuberculosis (TB) terbanyak di dunia. Penyakit yang disebabkan oleh mycrobacterium tersebut tidak hanya menjadi prioritas masalah kesehatan di Indonesia, melainkan secara global. Menurut data dari World Health Organization (WHO) angka kematian akibat TB cukup tinggi, bahkan dalam dua abad terakhir TB telah membunuh sebanyak satu miliar jiwa.
Saat pandemi angka penemuan kasus TB menurun, hal tersebut tetap harus diwaspadai karena penurunan kasus TB di masa pandemi diakibatkan oleh skrining yang kurang optimal sebab hampir semua fasilitas pelayanan kesehatan (fasyankes) fokus menangani pasien Covid-19 dan masyarakat takut untuk mendatangi fasyankes.
TB termasuk ke dalam penyakit yang memiliki cara penularan melalui udara (airborne disease) sehingga penularan dapat terjadi dengan cepat. dr. Indah Kusuma Dewi yang saat ini menjabat sebagai Wakil Direktur Pelayanan Medis RS Muhammadiyah Ahmad Dahlan Kota Kediri menjelaskan bahwa TB sebenarnya bisa disembuhkan karena sudah ada obatnya.
“Agar bisa sembuh, pasien TB harus minum obat secara teratur minimal selama 6 bulan,” ujarnya.
Ia melanjutkan biasanya ada beberapa faktor yang menyebabkan pasien TB tidak meminum obat secara rutin, bisa karena tidak mau ataupun tidak memiliki akses terhadap obat tersebut. Jika pasien TB tidak melanjutkan minum obat secara teratur dalam kurun waktu tersebut, maka pengobatan TB bisa dikatakan gagal.
“Jadi ada namanya based line obat TB itu untuk lini pertama pengobatan TB paru, kalau dia gagal di pengobatan ini dan setelah periksa lagi dinyatakan resisten obat akan lebih susah lagi pengobatannya karena akan lebih banyak jenis obat dan efek sampingnya,” jelasnya.
Meskipun angka kematian pada TB cukup tinggi, minum obat secara rutin dalam jangka waktu enam bulan tersebut bisa menyembuhkan pasien TB secara total. “Setelah 6 bulan ada cek ulang, ada yang harus diselesaikan sampai 9 bulan, tergantung juga di pemeriksaan. Kalau teratur sembuh total kok biasanya tergantung ketaatan orangnya,” paparnya.
Mantan Direktur RS Muhammadiyah Tuban tersebut mengungkapkan, biasanya pasien TB dalam kurun waktu dua bulan akan merasa kondisinya sudah membaik sehingga tidak ingin melanjutkan minum obat. “Kadang-kadang mereka merasa sudah sehat gitu. Obatnya itu memang jenis antibiotik jadi harus
dihabiskan dan teratur diminum,” ujarnya. [din/col]