Setop Mobilitas Tinggi Saat Nataru, Ini Alasannya

Juru Bicara Pemerintah untuk Covid-19 (Foto: Istimewa)

 

Reporter: Mochamad Nur Rofiq

 

blokTuban.com - Mengapa pada tanggal 25 Desember dan 1 Januari yang bertepatan dengan hari Natal dan tahun baru tidak diperbolehkan untuk keluar atau melakukan mobilitas? Ada yang bilang karena kekhawatiran naiknya level PPKM menjadi 2 atau level 3.

 

Menanggapi hal itu, Juru Bicara Pemerintah untuk Covid-19, Reisa Broto Asmoro menjelaskan, semua yang ada di Indonesia bahkan di dunia memang sedang dalam suasana hati yang bergembira menyambut hari raya Natal dan tahun baru yang penuh ceria. Pemerintah ingin memastikan dalam penyambutan Nataru kondisi penurunan kasus Covid-19 tetap bertahan sampai tahun depan.

 

"Apalagi kerja keras kita di bulan Juli dan Agustus kemarin sudah menghasilkan hasil nyata seperti yang bisa kita lihat saat ini," kata Reisa dalam siaran persnya, Jumat (3/12/2021).

 

Dipaparkan Reisa, di Indonesia penurunan kasus cukup drastis dibandingkan massa PPKM darurat kemarin. Sebelumnya, kasus terkonfirmasi harian mencapai puluhan ribu. Sekarang bisa ditekan dibawah 400 kasus baru per harinya.

 

Keterisian rumah sakit rujukan covid 19 berada di bawah 10%, jauh di bawah batas maksimum 60%. Angka kematian semakin turun karena angka kesembuhan juga semakin tinggi.

 

"Kemampuan 3T atau Tracing, Testing, Treatment kita memang semakin tinggi, sudah di atas 200.000 per hari. Tentunya cakupan vaksinasi semakin menggembirakan," ungkapnya.

 

Sudah hampir setengah dari 208 juta sasaran vaksinasi yang menerima vaksin lengkap. Sedangkan lebih dari 40 juta orang lainya , kata Reisa, sudah dikasih vaksin pertama, dan menunggu giliran mendapatkan dosis kedua. 

 

"Kebanyakan dari 514 kabupaten kota kita saat ini dalam kondisi PPKM level 1 dan 2, yang artinya pengendalian penyebaran covid-19 baik. Dan 6 indikator utama dan capaian vaksinasi masuk kategori yang bagus," tegasnya 

 

Kondisi membaik ini, diklaim merupakan hadiah Natal dan tahun baru. Masyarkat dapat merayakan Nataru dengan sukacita bukan dengan rentetan berita duka atau ucapan bela sungkawa. 

 

Namun, ia menegaskan pandemi masih berlangsung. Virus SAR-Cov 2 bahkan sudah berubah atau bermutasi menjadi varian yang baru yang diberi nama Omicron

 

"Banyak yang belum kita ketahui tentang varian ini, apakah virusnya menjadi semakin ganas dan mematikan, atau bahkan melemah. Ketahanan tubuh kita terlalu kuat bagi virus, atau bahkan bisa membuat kita sakit gawat," ucapnya.

 

Ia menghimbau, yang harus diketahui masyarakat adalah cara pencegahannya, yaitu sama. Masyrakat harus tetap disiplin protokol kesehatan, terutama memakai masker, mencuci tangan, menjaga jarak, menjauhi kerumunan, dan mengurangi mobilitas.

 

"Dalam rangka inilah pemerintah ingin memastikan kondisi yang baik ini tetap bertahan sampai tahun depan. Bahkan lebih baik lagi, dan bisa menjadi awal berakhirnya pandemi di 2023," tandasnya.

 

Dalam menyambut Nataru pemerintah ingin memastikan kerumunan dan mobilitas masyarakat tidak berlebihan. Sebab, virus corona itu senang sekali kalau ada kumpulan orang dengan jumlah besar. Apalagi ketika orang-orang tersebut membuka masker, enggan cuci tangan sering-sering, saling berdekatan satu dengan yang lainnya. 

 

"Jadi yang diterapkan adalah pembatasan yang indikatornya mirip seperti atau sama dengan kategori PPKM level 3. Bukan situasi kondisi Indonesia menurun," ujarnya 

 

Menurutnya, Indonesia tetap berada di level 1 dan 2. Indonesia ada di tingkat kondisi penangan Covid-19 yang terkendali. 

 

"Tentunya yang kita mau untuk memelihara situasi ini," pungkasnya. [Rof]