Reporter: Dina Zahrotul Aisyi
blokTuban.com- Meaningful fashion saat ini sedang ramai dikampanyekan, salah satu konsepnya adalah sustainable fashion atau fashion berkelanjutan yang ramah lingkungan. Fashion ramah lingkungan ini
bukan hanya sebatas pada pewarnaan secara alami, tetapi lebih luas dan memiliki banyak aspek termasuk proses produksi, aspek komunitas lokal yang diangkat, serta nilai-nilai lokal yang masuk dalam produk.
Dalam acara Together (E)-International Virtual Modest Fashion Summit powered by Layanan Syariah Link aja yang diselenggarakan oleh Markmarie, salah satu produk lokal Kabupaten Tuban, Jawa Timur yakni Estetik Dari Desa milik Prasetyo Wahyu Pambudi juga dipamerkan dalam acara tersebut.
Pameran virtual tersebut berlangsung mulai tanggal 3 Desember-6 Desember 2021 dan dapat diakses melalui website togetheresummit.com. Estetik Dari Desa didirikan Prasetyo sejak tahun 2017 untuk melestarikan warisan budaya dan mendukung ekonomi lokal dari Desa Ngujuran, Kecamatan Bancar, Kabupaten Tuban.
Estetik Dari Desa merupakan produk fashion ecoprint alami yang memegang tenun gedog sebagai merek dan jiwa dari brand tersebut. Dalam acara talkshow tentang sustainable fashion yang diselenggarakan secara virtual pada (5/12/21), Prasetyo mengungkapkan awalnya estetik dari desa merupakan produk batik seperti pada umumnya yang awalnya masih menggunakan pewarna kimia.
“Seiring berjalannya waktu kita belajar untuk produksi sesuatu yang ramah lingkungan, kita mulai kenal ecoprint. Kita juga mulai tahu apa itu natural dies dan mulai suka,” terangnya.
Ia melanjutkan tidak berhenti di sana, dalam produksi fashion yang ramah lingkungan tersebut Prasetyo juga memperhatikan masyarakat, pekerja estetik batik untuk mendapatkan ilmu dan juga mengembangkan lagi pola berpikir mereka.
“Kita pilih ecoprint karena salah satu teknik mengolah kain yang paling cepat dan unik sehingga bisa meningkatkan kapasitas produksi,” jelasnya.
Selain tehnik ecoprint yang dirasa mudah, Prasetyo mengungkapkan dengan batik ecoprint tersebut bisa memberikan pengalaman kepada customer terkait sustainable fashion dengan harga yang affordable. “Itu yang jadi visi utama estetik batik, yakni menyajikan sustainable fashion untuk semua kalangan,” paparnya.
Pemuda dari Kecamatan Bancar tersebut juga menyampaikan tantangan dari pelaku usaha sustainable fashion ini adalah edukasi kepada customer. “Bagaimana kita bisa memahamkan mereka tentang produk kita. Kami sendiri sudah melakukan beberapa upaya edukasi, seperti buat konten khusus di instagram atau saat ada expo kita juga edukasi,” terangnya.
Ia melanjutkan edukasi tersebut untuk menjadikan customer tidak hanya membawa barang yang mereka inginkan, namun turut serta juga edukasi terkait apa itu sustainable fashion, dan bagaimana cara kita untuk memanajemen SDM.
“Edukasi tentang pricing juga hal yang penting. Menurut fakta yang ada masih banyak yang melihat kalau batik ecoprint pasti mahal. Mereka mungkin sudah tahu sustainable fashion adalah produk ramah lingkungan tapi nggak berani beli karena mengira itu mahal,” lanjutnya.
Prasetyo mengungkapkan selama ini sustainable fashion mungkin memang mengangkat eksklusifitas, sehingga ia ingin mengedukasi masyarakat yang memiliki daya beli tidak seberapa kuat untuk bisa menikmati sustainable fashion.
“Jadi saya mengakomodir itu dengan memberikan pakaian sustainable fashion yang affordable. Itu juga termasuk usaha kita untuk menjawab tantangan pelaku usaha di bidang sustainable fashion,” paparnya.
Dengan memberdayakan masyarakat setempat, upgrade desa, serta melakukan penanaman kembali untuk SDA yang dipakai CEO Estetik Dari Desa tersebut mengatakan bahwa siklus yang dilakukan menjadi profitable.
“Pemberdayaan masyarakat menjadikan mereka merasa hal tersebut menguntungkan dan kita bisa low-cost, tetangga-tetangga juga banyak yang ingin ikut tapi kami belum bisa mengajak semuanya. Semoga ini semakin berkembang sehingga kita bisa semakin banyak menyerap tenaga kerja dari masyarakat sekitar,” ujarnya.
Prasetyo juga mengatakan untuk memproduksi sustainable fashion harus memperhatikan semua aspek, bukan hanya dari produksinya dan profit saja tapi kebermanfaatan untuk masyarakat dan apa dampak yang terjadi setelah kita menjual barang tersebut. “Kita juga harus terus menggaungkan bahwa sustainable fashion memang kita butuhkan di masa depan, bukan hanya untuk gaya-gayaan tapi ada pesan yang disampaikan,” tutupnya. [din/col]