Reporter: Ali Imron
blokTuban.com – Presiden RI, Joko Widodo memberikan kritik pedas kepada Pertamina karena dua proyek besar perkembangannya lambat. Dua proyek yang dimaksud presiden adalah PT. Trans Pacific Petrochemical Indotama (TPPI) yanga berada di Desa Remen, Kecamatan Jenu, Kabupaten Tuban.
Di sebelahnya proyek Kilang Grass Root Refinery (GRR) yang berada di Desa Wadung dan Sumurgeneng, Kecamatan Jenu. Kerjasama Pertamina dengan Rosneft Rusia.
Di hadapan Komisaris dan Direksi Pertamina dan PLN di Istana Negara yang disiarkan melalui kanal Youtube Sekretariat Presiden, Sabtu (20/11). Proyek TPPI yang berada di Desa Remen memiliki investasi US$ 3,8 miliar dan selama bertahun-tahun belum berjalan. Padahal usai dilantik pada tahun 2014, Jokowi langsung bergegas mengunjungi TPPI Tuban.
“Saya ke TPPI tahu barang ini kalau sudah jadi akan menyelesaikan banyak hal,” kata Jokowi.
Proyek TPPI, lanjut Jokowi mampu menghasilkan berbagai macam turunan petrokimia yang menjawab kebijakan substitusi impor Indonesia. Banyak masalah di Indonesia yang selesai khususnya impor yang selesai. Ditambah neraca perdagangan dan pembayaran membaik. Selama ini akar masalah Indonesia terlalu lama di zona nyaman (comfort zone) dan terjebak rutinitas.
Jokowi juga bercerita sempat membentak Direktur Pertamina, Nicke Widyawati karena mendapat cerita sama, dengan apa yang telah diketahui dari dirut sebelumnya. Bahkan tender TPPI dua kali dan bolak-balik diulang-ulang.
Pemerintahan Jokowi ingin neraca transaksi berjalan baik yang selama ini sering defisit lekas membaik. Begitu pun juga neraca perdagangannya.
Bila proyek TPPI selesai, Indonesia akan mengurangi impor secara signifikan karena sudah mampu memproduksi berbagai produk turunan Petrokimia secara mandiri.
Indonesia mampu memproduksi sendiri, karena memiliki mesin dan bahan bakunya. Jokowi mengaku sedih karena masih terus impor, yang semestinya turunan Petrokimia dapat dihasilkan di dalam negeri.
“Pertamina akan untung dari situ, negara juga dapat untung dari substitusi impor, neraca perdagangan baik, nilai tukar akan menguat,” imbuh Jokowi.
Sedangkan untuk proyek kilang GRR Tuban dengan nilai investasi Rp168 triliun, Jokowi juga mengkritik Pertamina. Sudah bertahun-tahun Rosneft Rusia ingin berinvestasi di Kabupaten Tuban, tapi saat ini yang terealisasi baru Rp5,8 triliun.
“Investor ingin cepat tapi kitanya yang tidak ingin cepat. Alasannya ada saja minta kereta api, jalan tol,” tutup Jokowi di hadapan direksi dan komisaris Pertamina yang hadir. [ali/col]