Wacana Potensi Wisata Religi dan Sejarah Desa Prunggahan Wetan

Reporter: Dina Zahrotul Aisyi

blokTuban.com - Desa Prunggahan Wetan, Kecamatan Semanding, Kabupaten Tuban selain terkenal dengan potensi buah dukunya yang berkualitas sebagai produk unggulan, juga terdapat potensi lain yakni Makam Patih Barat Ketigo dan Makam Raden Arya Dandang Wacana sebagai potensi wisata religi dan sejarah.

Menurut para pendahulu, Patih Barat Ketigo merupakan alah satu Wali Abdal yakni seorang wali yang tidak mau menampakkan siapa dirinya yang sosoknya dihormati oleh warga Perunggahan Wetan. Sedangkan Raden Arya Dandang Wacana adalah Bupati pertama Kabupaten Tuban.

Kepala Desa Perunggahan Wetan, Hari Winarko menjelaskan Dandang Wacana dikenal dengan sebutan Ki Ageng Papringan karena di wilayah tersebut dulunya merupakan hutan bambu yang kemudian dibabat oleh Dandang Wacana.

Bila berbicara tentang sejarah, asal usul Tuban identik dengan Warunggahan, bukan hanya dari cerita tetapi terdapat bukti autentik seperti situs-situs dan prasasti yang telah ditemukan. Oleh sebab itu, Hari mengaku akan mengembangkan dan mengangkat potensi tersebut dengan bekerjasama antar desa, yakni Desa Bejagung.

“Potensi tersebut akan diintegerasikan dengan Desa Bejagung untuk menjadi satu paket wisata religi dan sejarah,” ungkapnya saat ditemui reporter blokTuban.com pada Senin (15/11/21).

Hari juga mengungkapkan bahwa pada kisaran tahun 2016 saat menganalisis potensi-potensi yang ada di Desa Prunggahan Wetan, ia menemukan sebuah batu yang barangkali tidak pernah dibuka yang ternyata adalah sebuah prasasti bertuliskan sansekerta Jawa kuno.

“Jadi dulu saya buka bersama temen-temen pecinta sejarah, saat ini masih ada dan diamankan. Nah, itu juga menceritakan tentang keberadaan warunggahan, daerah yang merupakan kerajaan,” jelasnya.

Ia melanjutkan bahwa sebenarnya sejarah yang ada di Tuban ini banyak yang salah kaprah karena menceritakan bahwa Dandang Wacana menancapkan bambu yang keluar air sehingga dinamakan sebagai Tuban (Metu banyune).

“Bukan itu sebenernya jika merujuk pada sejarah yang kita temukan melalui prasasti itu,” ungkapnya.

Pada beberapa tahun kemudian juga ditemukan prasasti lempengan logam yang berjumlah 14 lempeng. “Sekitar tahun 2017-2018 ditemukan saat ada orang yang nggali pondasi rumah, terus ada kerangka yang isinya lempengan tersebut. Prasasti itu merupakan Sima,” ujarnya.

Hari melanjutkan bahwa dalam prasasti tersebut menjelaskan bahwa Tuban ini bukan hanya kota lama, tapi merupakan kota kuno. Potensi tersebut yang nantinya mau diangkat karena situs di sekitar situ banyak, kurang lebih ada 1000 meter persegi, ada temuan-temuan potongan keramik jaman dinasti dulu, ada juga bagian dari batu candi, dan meteorit.

Kedepannya, Hari mengatakan apabila potensi itu sudah bisa berkembang sebagai destinasi wisata religi dan sejarah harapannya bisa mengangkat pemberdayaan masyarakat lokal.

“Di satu sisi selain meningkatkan PAD, dengan sendirinya nanti akan meningkatkan perekonomian warga sekitar sana,” ungkapnya.

Ia melanjutkan bahwa di Prunggahan Wetan tersebut juga sebenarnya sudah terdapat kuliner Gadjah Mada, yakni kios-kios semacam Pujasera yang dibuat untuk memudahkan para peziarah/wisatawan untuk mencari kuliner setelah berkunjung dari Makam Patih Barat Ketigo.

“Harapannya demikian, jadi kios-kios itu disewakan untuk masyarakat Perunggahan Wetan dengan tujuan peningkatan perekonomian itu tadi,” paparnya.

Pada tahun 2022 mendatang, dengan dana desa pihaknya juga akan membuat semacam rest area yang berisi bangunan kios-kios dan toilet umum di daerah Ringroad. “Ini kan termasuk sebuah inovasi juga ya, tentunya nanti saya prioritaskan masyarakat desa Prunggahan Wetan juga,” tutupnya. [din/sas]