Produksi Dumbek, Bisnis Keluarga Bertahan 20 Tahun

Penulis: Fina Lailatul Fadhilah*

blokTuban.com - Dumbek adalah makanan tradisional Kabupaten Tuban, khususnya di Desa Kesamben Barat, Kecamatan Plumpang. Jajanan yang dibungkus dengan daun lontar dengan rasa manis dan lembut ini banyak diminati masyarakat. Bentuknya yang seperti terompet menambah keunikan tersendiri dari jajanan tradisional tersebut.

Salah satu pemilik usaha dumbeg di Kesamben Barat adalah Sukemi (48). Usaha dumbek tersebut sudah turun temurun di keluarganya dan sudah berjalan selama 20 tahun. Dalam menjalankan usahanya, Sukemi memiliki empat karyawan, dan jajanannya dibandrol dengan harga Rp1.000 - Rp2.000.

Dumbek sendiri terbuat dari tepung beras, gula merah, santan dan susu. Untuk pembungkusnya terbuat dari daun lontar. Untuk bahan pembuatan dumbek, Sukemi membeli di pasar terdekat dengan kualitas yang bagus.

"Lontar sudah ada yang ngirim, kalau gula sama kelapa beli di Pasar milih yang kualitasnya bagus soalnya gula juga harus yang asli, untuk tepung bisa selep (menggiling) sendiri," ujarnya ketika ditemui di rumahnya, Selasa (2/11/2021).

Sukemi menambahkan, perebusan dumbek membutuhkan waktu satu jam setengah. Setiap hari ribuan dumbek diproduksi di dapurnya, mulai dari yang dijual di pasaran sampai pesanan rumah. Terkadang sampai mengembalikan pesanan dikarenakan lontarnya tidak ada.

“Ribuan dumbek sehari mbak, soalnya ada yang dibawa ke pasar saja sekitar 1.000 biji,” imbuhnya.

Di Desa Kesamben tidak hanya Sukemi saja yang memproduksi dumbek, akan tetapi banyak orang yang memproduksi dumbek di sana. Supaya bisa tetap eksis dan bertahan, kuncinya adalah mempertahankan rasa.

“Alhamdulillah dari usaha ini bisa mencukupi kebutuhan kesehariannya sampai membiayai anak bersekolah,” tutupnya. [fina/mu]

*Penulis adalah Mahasiswi Magang, dan sekarang masih Semester 3 Prodi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia (PBSI) Unirow Tuban.