Hobi Koleksi Kaktus dan Sukulen, Kini Jadi Peluang Bisnis

 

Reporter: Dina Zahrotul Aisyi

 

blokTuban.com- Beberapa tahun belakangan ini tanaman Kaktus mini dan Sukulen kembali populer di kalangan masyarakat, terlebih saat Pandemi Covid-19 mulai melanda Indonesia. Selama pandemi, banyak masyarakat yang memulai hobi-hobi baru untuk mengisi kekosongan di rumah. Salah satunya adalah mengoleksi tanaman Kaktus dan Sukulen.

 

Bentuk kedua tanaman yang cendurung mini tersebut justru menjadi daya tarik tersendiri bagi para pecinta tanaman, seperti halnya Artika Yutlanti. Ia mulai mengoleksi Kaktus mini dan Sukulen sejak satu tahun lalu saat pandemi. Awalnya Ia hanya membeli satu dua kaktus, kemudian karena melihat gambar-gambar Sukulen yang dijual, maka tertarik juga untuk membeli.

 

Kemudian, seiring berjalannya waktu koleksi pribadinya yang semakin banyak namun dengan keterbatasan tempat. Akhirnya Ia memutuskan untuk menjual beberapa Kaktus dan Sukulen yang telah dirawatnya secara online.

 

“Sebenarnya nggak ada niatan untuk bisnis. Kebetulan saya hobi aja beli dan merawat tanaman, jadi ada beberapa yang memang hanya untuk koleksi pribadi,” ujarnya saat ditemui blokTuban.com pada Selasa (2/11/21).

 

Perempuan asal Kota Madiun, Jawa Timur tersebut mengaku mengambil stock-stock Kaktus dan Sukulen dari petaninya langsung. “Saya ambil dari Bandung, belinya juga secara online. Awalnya saya coba dulu satu persatu yang jual kaktus dan sukulen. Kita harus pinter-pinter nyari, soalnya kebanyakan yang dari Bandung itu sesama seller jadi kalau dijual lagi bisa makin mahal harganya,” jelasnya.

 

Selain dari Bandung, sebenarnya Tika sapaan akrabnya juga membeli Kaktus dari berbagai tempat, bahkan pernah mengimpor dari Korea. Hanya saja, untuk Kaktus-Kaktus yang impor dan susah didapatkan tidak dijualnya. “Soalnya proses nyarinya susah, merawatnya di sini juga susah karena harus adaptasi dulu, apalagi cuaca Tuban ini panas, jadi risiko matinya gede dan sayang untuk dijual,” tuturnya.

 

Jenis Kaktus dan Sukulen yang dijual Tika adalah yang memiliki harga-harga murah untuk target pasar. Meskipun hampir mirip, Kaktus dan Sukulen adalah jenis tanaman yang berbeda, serta memiliki harga jual yang berbeda pula. Sukulen lebih murah dibandingkan dengan Kaktus. Harga sukulen yang dijualnya mulai dari Rp15.000, dan untuk Kaktus paling murah Rp30.000 tapi dengan ukuran kecil.

 

“Tergantung jenis juga, kalau yang perawatanya semakin susah dan jenisnya langka maka semakin mahal harganya,” ungkapnya.

 

Sebelum Pandemi, menurut Tika harga Kaktus dan Sukulen terbilang murah, akan tetapi sejak kembali populer dan peminatnya semakin banyak, harga jualnyapun ikut meningkat. Pemasaran yang dilakukan Tika juga hanya berfokus di online, melalui instagram @plantis_cactus, serta e-commerce seperti shopee dan tokopedia. Menurutnya jika berjualan secara online maka target pasarnya semakin luas dan tidak terbatas di Kabupaten Tuban saja.

 

“Untuk tanaman yang ukurannya kecil dan harga segitu mungkin terhitung mahal di Tuban, jadi pelanggan saya memang kebanyakan dari luar kota, paling banyak Jakarta,” jelasnya.

 

Perempuan 30 tahun tersebut juga menambahkan bahwa ketika dijual secara online para pembelinya adalah orang-orang yang memang memiliki hobi untuk koleksi tanaman, sehingga harga yang dipatoknya tersebut terbilang wajar dan sesuai harga pasar.

 

Tika juga mengaku bahwa tidak menargetkan tanamanya harus laku terjual karena memang hobi untuk koleksi, sehingga untung yang diambilnyapun tidak seberapa banyak, berbeda dari seller yang memang berjualan untuk bisnis saja.

 

“Yang penting aku suka, aku rawat bener-bener kalau ada yang mau beli ya sudah aku lepas. Makanya kadang yang aku masih seneng banget sama Kaktus atau Sukulennya nggak aku jual dulu,” paparnya.

 

Meskipun begitu, Ia juga mengaku bahwa untung yang didapatkan dari hasil penjualan lumayan menghasilkan, apalagi di kala pandemi. Tanaman Kaktus dan Sukulen miliknya juga tidak langsung dia jual tapi dirawat dulu.

 

“Aku nggak berani langsung jual karena harus dilihat dulu, takutnya ada yang busuk-busuk. Jadi memang harus ditreatment dulu, setidaknya akar-akarnya itu sudah kuat,” pungkasnya. [din/col]