Baju Bekas Kembali Digemari Jadi Peluang Usaha di Tengah Pandemi

 

Reporter: Dina Zahrotul Aisyi

 

blokTuban.com- Aktivitas berbelanja baju-baju bekas yang masih layak pakai dalam satu tahun ke belakang kembali ramai digandrungi masyarakat. Kegiatan tersebut biasa disebut sebagai thrifting.

 

Banyak keuntungan yang bisa didapatkan dari thrifting, selain mendapatkan baju-baju layak pakai dengan harga lebih murah juga dapat mengurangi limbah tekstil.

 

Akibat aktivitas thrifting yang kembali diminati masyarakat, hal tersebut membuka peluang usaha bagi masyarakat di tengah Pandemi Covid-19 dengan menciptakan usaha thrift shop.

 

Salah satu thrift shop di Kabupaten Tuban adalah Sharelook Store yang berlokasi di Jalan Pramuka X, Kecamatan Tuban, Kabupaten Tuban. Rahma Medina, pemilik thrift shop tersebut mengaku baru buka tahun lalu, tepatnya Bulan Agustus 2020.

 

Awalnya Ia berjualan online di sosial media yang lambat laun usahanya berkembang hingga membuka toko di depan rumahnya pada Bulan Februari 2021. “Dulu jualan online banyak yang tanya tokonya di mana, akhirnya cuma tak suruh datang ke rumah milih-milih sendiri di kamar dulu, belum punya toko,” ujarnya saat ditemui blokTuban.com pada Senin (18/10/21).

 

Baju-baju yang dijual di Sharelook kebanyakan adalah model crew neck dan hoodie. Medina mengaku bahwa dulu baju yang dijualnya adalah jenis kemeja-kemeja vintage dan tidak menargetkan orang Tuban karena dulu thrift shop belum marak seperti saat ini.

 

“Pembeli pertamaku waktu buka olshop itu orang Bandung malahan, aku nggak menargetkan orang Tuban karena takutnya nggak suka kemeja-kemaja model begini,” terangnya.

 

Dina, sapaan akrabnya juga bercerita bahwa awal mula membuka thrift shop karena memang menyukai thrifting. Saat pertama memulai usaha Ia mengambil stok baju yang akan dijualnya dari berbagai macam daerah, mulai dari Jakarta, Bandung, Surabaya, dan kota lainnya.

 

“Aku ambil dulu cobain satu-satu, barang mana yang sekiranya cocok. Ngambilnya juga online pertama kali, tapi karena nggak puas kalau beli online akhirnya coba sekali ke Bandung langsung,” ujarnya.

 

Setelah itu Dina lebih memilih ambil barang dari daerah yang lebih dekat yakni Surabaya, karena menurutnya thrifting akan lebih memuaskan jika dilakukan secara langsung.

 

Meskipun kebanyakan pembeli di tokonya adalah anak-anak SMA, namun target pasar thrift shop juga dari berbagai usia karena harga-harga baju thrift yang terjangkau.

 

“Memang kebanyakan yang beli anak-anak SMA karena mereka konsumtif ya. Tapi ada juga bapak-bapak atau ibu-ibu yang beli di sini,” jelasnya.

 

Range harga baju thrift yang dijual di Sharelook mulai dari Rp25.000 sampai Rp2.000.000. Dina menjelaskan bahwa jaket yang dijual dengan harga Rp2.000.000 tersebut termasuk barang branded USA yang kondisinya masih sangat bagus. “Ini kalau dijual di pasar USA juga harganya masih dua juta ke atas,” paparnya.

 

Omset yang didapatkan dari bisnis thrifting juga lumayan menghasilkan. Perempuan 24 tahun tersebut mengaku bisa mendapatkan 3-4 juta dalam setiap bulannya. “Modal awalnya Rp300.000 dulu aku, dikit-dikit dulu jualanya. Alhamdulillah balik modal,” nya.

 

Medina juga menjelaskan para pemilik toko thrift di Tuban tergabung ke dalam komunitas Tuban Wear Thrift (TWT) yang biasanya memiliki agenda untuk pameran dan berjualan baju thrift di satu lokasi yang sama. Anggota yang tergabung dalam TWT ada 58 pemilik toko thrift.

 

“Nggak dari Tuban Kota aja sih ini, ada dari Rengel, Merakurak, Senori. Kemarin terakhir bikin event di Cafeinn, jualan baju thrift bareng-bareng, lumayan kalau ada event,” pungkasnya. [din/col]