Bagaimana kita menilai proyek migas yang turut berkontribusi pada terwujudnya “Indonesia Tangguh, Indonesia Tumbuh”?
Reporter: Nur Muharrom
blokTuban.com - Apakah dengan sumbangsih pada bangkitnya pertumbuhan ekonomi Indonesia? Apakah dengan sumbangsih pada alih pengetahuan bagi Indonesia? Apakah dengan sumbangsih pada pengembangan masyarakat sekitar daerah operasi? Teruskan membaca, kita akan mendapat jawaban atas tiga pertanyaan tersebut.
Proyek Banyu Urip merupakan pengembangan pertama di Wilayah Kerja Blok Cepu yang berada di Provinsi Jawa Tengah dan Jawa Timur dan melibatkan pengembangan lapangan minyak Banyu Urip di Bojonegoro, Jawa Timur. Di bawah pengawasan SKK Migas selaku pelaksana pengelolaan industri hulu migas berdasarkan kontrak kerja sama, ExxonMobil Cepu Limited (EMCL) adalah operator Blok Cepu dengan participating interest 45 persen; bersama-sama para mitra Blok Cepu, PT Pertamina EP Cepu, 45 persen; dan empat perusahaan pemerintah daerah, 10 persen.
Sumbangsih pada pertumbuhan ekonomi
Produksi minyak awal dari lapangan Banyu Urip, Blok Cepu, dimulai pada 2008 melalui Early Production Facility (EPF). dan fasilitas produksi utama, CPF (Central Processing Facility) telah mulai berproduksi sejak kuartal IV 2015. Sejak produksi awal hingga hari ini, EMCL terus menghasilkan presetasi yang membanggakan.
Saat ini lapangan Banyu Urip menjadi produsen minyak terbesar di Indonesia. Berdasarkan evaluasi teknis kami, perkiraan cadangan minyak Banyu Urip telah meningkat lebih dari dua kali lipat menjadi 940 juta barel minyak dari 450 juta barel minyak yang ditargetkan saat rencana pengembangan awal atau Plan of Development (PoD). Total produksi kumulatif dari Blok Cepu hingga Juli 2021 telah mencapai lebih dari 485 juta barel minyak. Jumlah ini melebihi perkiraan keseluruhan volume cadangan minyak terproduksikan saat awal PoD.
Tingkat produksi puncak lapangan Banyu Urip berlangsung selama 5 tahun atau berlangsung 3 tahun lebih lama dari estimasi PoD awal. Selain itu tingkat produksi minyak saat puncak juga sekitar 30 persen lebih tinggi dari rencana tingkat produksi PoD awal.
Lazimnya karakteristik reservoir alami yang berlaku umum di seluruh dunia, tingkat produksi minyak dari lapangan Banyu Urip sudah mulai menurun secara alami. EMCL bersama dengan SKK Migas dan para mitra Blok Cepu, terus melakukan upaya guna mengelola tingkat penurunan produksi ini, termasuk menjajaki peluang baru lain di Blok Cepu.
“Bersama-sama, dengan dukungan pemerintah dan para mitra, kita berkontribusi pada keberhasilan operasi Blok Cepu yang aman, andal, dan efisien,” ujar Muhammad Nurdin, Senior Vice President EMCL. “Sehingga, kita dapat membantu mempertangguh ketahanan energi Indonesia dengan berkontribusi sekitar 30 persen dari produksi minyak nasional.”
Sumbangsih alih pengetahuan
Selama masa konstruksi proyek Banyu Urip, kontrak rekayasa, pengadaan dan konstruksi (engineering, procurement and construction / EPC) dikerjakan oleh lima konsorsium yang dipimpin oleh perusahaan-perusahaan Indonesia. Konsorsium tersebut menunjuk lebih dari 460 perusahaan subkontraktor yang mempekerjakan sekitar 17.000 pekerja pada masa puncak konstruksi. Para pekerja tersebut mendapatkan pelatihan dan lebih dari 2.500 sertifikasi pekerjaan. Proyek Banyu Urip juga menggunakan anjungan pengeboran (rig) yang pertama kali sepenuhnya dibangun di Indonesia. Semua hal ini memungkinkan manfaat berganda lain berupa alih pengetahuan dan pengalaman yang dapat berguna pada pengerjaan proyek serupa di masa mendatang.
Lebih dari 99 persen pekerja ExxonMobil Cepu Limited merupakan putera-puteri terbaik bangsa. Seratus sepuluh orang di antara mereka adalah tenaga operator yang kami seleksi dari sekitar sepuluh ribu kandidat dari daerah sekitar Blok Cepu di Jawa Tengah dan Jawa Timur dan telah menjalani pelatihan dan pendampingan di berbagai operasi ExxonMobil di berbagai negara.
“Dengan bekal pelatihan di California, Amerika Serikat, kini saya turut mengoperasikan fasilitas pengolahan pusat di Blok Cepu dengan standar kinerja dan catatan keselamatan berkelas dunia,” kata Miftahul Hidayah, perempuan asal Bojonegoro yang bekerja sebagai Permit Coordinator EMCL.
Sumbangsih pada pengembangan masyarakat
Sejak 2007, bersama para mitra dan masyarakat, kami telah berkontribusi lebih dari Rp500 miliar pada program pengembangan masyarakat. Kami berfokus membantu program pemerintah dalam bidang pendidikan, kesehatan dan pengembangan ekonomi di sekitar daerah operasi kami. Lebih dari dua ratus ribu anggota masyarakat telah menerima manfaat dari program pengembangan masyarakat yang kami lakukan.
Salah satu contoh; bersama masyarakat sekitar daerah operasi, EMCL juga memprakarsai pembangunan 223 reaktor biogas di Kabupaten Bojonegoro dan Tuban. Hampir seribu anggota masyarakat mendapatkan manfaat dari energi alternatif ini untuk kebutuhan sehari-hari seperti memasak dan penerangan, sehingga membantu perekonomian mereka.
Contoh lainnya; guna meningkatkan kesehatan lingkungan di sekitar daerah operasi, EMCL bersama para mitra lembaga swadaya masyarakat dan pemerintah daerah Kabupaten Bojonegoro, Blora dan Tuban memprakarsai pembentukan kelompok masyarakat mandiri pengelola air bersih guna membangun dan mengelola 35 fasilitas air bersih dengan jaringan pipa yang mencapai lebih dari 100 kilometer. Program ini melayani lebih dari 38.000 anggota masyarakat.
Kami juga turut mendukung upaya pemerintah dalam penanggulangan pandemi COVID-19. Sejak wabah melanda, kami terus mendukung pemerintah dalam pelaksanaan program tanggap COVID-19, termasuk program vaksinasi. Program ini menjangkau anak-anak dan lansia, juga para pekerja mitra distributor kami, termasuk pemberian lebih dari 14.000 suplemen dan paket sembako. Yang terbaru, kami juga bekerja sama dengan K3S lainnya di bawah koordinasi SKK Migas, untuk menyediakan oksigen dan tabungnya.
Selain itu, lebih dari tiga ribu tujuh ratus pekerja kami telah memberikan sumbangsih berupa kerja bakti selama lebih dari 24 ribu jam di Jakarta, Aceh Utara, Bojonegoro, Blora dan Tuban.
“Kami berharap untuk terus bertumbuh bersama masyarakat menuju Indonesia yang tangguh,” ujar Azi N. Alam, Vice President Public and Government Affairs EMCL. “Program pengembangan masyarakat tersebut merupakan wujud sumbangsih kami pada ‘Indonesia Tangguh, Indonesia Tumbuh’.”