Reporter: Nur Malinda Ulfa
blokTuban.com - Tanah liat merupakan jenis tanah lunak yang kerap kita temui di banyak wilayah Indonesia. Tipikal tanahnya yang lentur, empuk dan fleksibel, membuat banyak orang memanfaatkannya sebagai sebuah kerajinan gerabah.
Seperti halnya yang dilakukan oleh Anjani (50), warga asal Bejagung, Kecamatan Semanding, Kabupaten Tuban. Geliat warga kampung dalam membuat kerajinan ini tergolong masih sangat minim, sebab kurangnya sumber daya manusia yang dapat mengelola tanah liat menjadi suatu kerajinan.
"Jadi sebenarnya ini sudah turun temurun dari dulu, saya hanya meneruskan. Produksinya masih sangat minim sekali,” ungkap Anjani
Anjani mengungkapkan bahwa ia sudah berinovasi, dimana yang tadinya hanya fokus membuat alat-alat masak seperti cobek, kuali, kini membuat gerabah untuk interior dan souvernir. Selain itu, dirinya juga membebaskan pelanggan untuk memesan sesuai dengan keinginannya.
"Kita juga membebaskan pelanggan untuk memesan sesuai keinginan mereka. Biasanya banyak yang pesan untuk tugas sekolah, souvernir seserahan atau nikahan, Itupun terbatas, " ungkapnya.
Lebih lanjut, dia menuturkan pemesanan untuk seserahan dan souvernir dibatasi karena keterbatasan jumlah pengrajin. untuk omzet per bulan dari kerajinan yang dibuatnya ini dirinya bisa meraup hingga juta rupiah.
"Alhamdulillah, selama pandemi ini kita masih bertahan. Omzet bisa mencapai jutaan rupiah, kita jual paling murah dari Rp 5.000 hingga tak terbatas, sesuai permintaan pembeli,” tambahnya.
Menurutnya, selama pandemi permintaan gerabah sangat melonjak, apalagi permintaan pot tanaman hias. Karena dirasa saat masa pandemi banyak masyarakat yang memanfaatkan waktunya untuk bercocok tanan, khususnya tanaman hias.
"100 persen sangat meningkat, soalnya kan booming tanaman hias itu, karena banyak masyarakat yang tinggal di rumah aja," ungkapnya.
Harapannya ke depan, semoga usahanya semakin maju dan dikenal banyak orang, dan bagi masyarakat yang terdampak pandemi agar tetap semangat dan berusaha untuk bangkit. [mal/sas]