Reporter: Nur Malinda Ulfa
blokTuban.com - Sampah menjadi salah satu permasalahan masyarakat dan masalah terhadap lingkungan, pengolahannya yang tidak tepat menyebabkan penumpukkan dan sumber penyakit, dan tentu saja mengganggu pemandangan, serta menjadi persoalan sehari-hari.
Sampah Organik maupun non-organik akan terus alami penambahan jumlah, seiring peningkatan populasi dan faktor konsumsi masyarakat, jika tidak diimbangi dengan edukasi pengolahan sampah akan mengakibatkan penumpukan sampah yang berlebihan.
Masyarakat cenderung cuek dan meremehkan segala jenis sampah yang ada, akibatnya penangan sampah masih belum sepenuhnya benar, kemudian terjadi penumpukan sampah yang berlebihan.
Perlu diberikan edukasi dalam pengelolaan sampah, berbentuk kegiatan yang sistematis, menyeluruh, dan berkesinambungan yang kemudian berdampak pada pengurangan dan penanganan sampah.
Hal ini kemudian menyadarkan Abdul Hamid (34), ketua komunitas Omah Sampah, di Kecamatan Plumpang, untuk membuat suatu gerakan. Yakni, peduli sampah serta edukasi terkait pengelolahan sampah organik.
“Banyak warga yang masih belum sadar akan bahayanya sampah, kemudian dari sana kita punya inisiatif untuk mendirikan suatu komunitas perduli sampah yang mengedukasi warga sekitar, yakni Desa Plumpang,” ungkapnya.
Hamid menambahkan, ide pengolahan sampah ia dapat dari diskusi di warung kopi. Dengan dibekali pengalaman mengiku pelatihan pengelolahan sampah. Hamid mulai mengajak anggota komunitasnya untuk mengawali pengelolahan sampah dari ruang lingkup rumah tangga, yaitu limbah organik. Setiap rumah disediakan satu tempat sampah, yang nantinya akan diambil oleh pekerja, dan setelahnya akan dikelola menjadi satu bentuk yang bermanfaat.
Proses pengolahan sampah dimulai dari pengambilan sampah organik dari tiap rumah warga. Kemudian diproses lalat Black Soldier Fly (BSF), atau biasa disebut ulat Magot, serangga yang dapat mengurai sampah dan menghasilkan protein.
‘’Bisa dijadikan pupuk padat, ini dari kotoran magot, terus di pilah. Selanjutnya menjadi pupuk cair, ini masih menggunakan cara alternatif, dengan penguapan memanfaatkan drum yang didalamnya ada paralon serta alat lainnya,” tuturnya.
Afifudin (24), pengawas lapangan juga menambahkan, selain magot dimanfaatkan sebagai pengurai sampah dan dijadikan pupuk padat serta cair. Magot juga dimanfaatkan sebagai pakan lele, serta pakan ayam ternak.
“Selain magot dimanfaatkan sebagai pengurai sampah, kita juga memanfaatkan sebagai pakan ikan dan ayam ternak. Ke depan kita akan lebih fokus pengembangan budidaya migos,” tandasnya.[ulf/ono]