Reporter: Ali Imron
blokTuban.com - Pameran lukisan secara virtual yang berlangsung setiap bulan kembali digelar, di website khusus lukisan, PasarLukisan.Com. Pameran bulan Maret ini diikuti 21 pelukis dari seluruh Indonesia. Mereka memamerkan karyanya secara virtual, sebagai solusi di masa pandemi.
Kedua puluh satu pelukis itu, masing-masing adalah Sutarji (Tapin, Kalimantan Selatan), Esti Ebhi Evolisa (Mataram, NTB), I Wayan Suala (Gianyar, Bali), Susmiadi Shoez (Jember), Jiyu (Surabaya), Aries Maulana (Blitar), Rudi Susanto dan Aris Arfan (Tulungagung), Ruslan (Kediri), Sadikin Pard, Maia dan Yahya Jufri (Malang), Yani Dwi Jayanti (Lamongan), Kholison (Semarang), Totok Nuryanto (Magelang), Neng Susilawati, Tyas Febrian Rachman, Deliana Yap dan Yusuf Junaedi (Sukabumi), Sari Hendradi (Jakarta) dan Eko Handi Diantoro atau Bray dari Jambi.
Para pellukis yang mengikuti pameran bulan Maret, sebagaimana pameran bulan sebelumnya, terbanyak dari Sukabumi, Jawa Barat. Ada empat pelukis Sukabumi, masing-masing Neng Susilawati, Tyas Febrian Rachman, Deliana Yap dan Yusuf Junaedi.
Menurut Tyas Febrian Rachman, salah satu dari empat pelukis dari Sukabumi, masa pandemi adalah masa sulit bagi semua sektor bisnis. “Dampaknya juga menimpa para pelukis. Padahal, di sisi lain para pelukis lebih produktif dalam berkarya. Sayangnya karena even-even pameran tidak bisa dilaksanakan, akibatnya jadi tidak seimbang antara produktifitas dengan penjualan,” kata Tyas Febrian.
Tapi selalu ada solusi dan alternatif lain untuk tetap bisa exsis berpameran, seperti memanfaatkan teknologi informasi yaitu internet atau media sosial. “PasarLukisan.com memfasilitasi dengan melakukan pameran virtual rutin setiap bulan. Metodenya pun mempermudah pelukis untuk berpartisipasi, pelukis dari daerah manapun baik senior atau junior tetap bisa mendaftar di pameran virtual ini, meskipun saya lihat tetap melakukan pembatasan dan aturan bagi para peserta,” katanya.
“Di kota saya sendiri, Sukabumi, sebelum Covid-19 pun jarang ada pameran, mungkin karena masalah fasilitas pembiyaan atau pun dukungan. Atau juga karena cakupan penikmat seni yang sedikit. Maka dengan adanya pameran virtual ini, diharapkan menjadi solusi efektif dalam membantu perekonomian bagi para pelukis,” kata Tyas Febrian yang sudah tiga bulan selalu mengikuti pameran virtual ini.
Sementara Sutarji, pelukis dari Kabupaten Tapin, Kalimantan Selatan juga berpendapat, pandemi Covid 19 yang saat ini masih belum usai membawa dampak yang sangat besar bagi kehidupan masyarakat di Indonesia umumnya, serta Kalimantan Selatan pada khusunya. Namun dalam situasi demikian bukan berarti membuat para pegiat seni, khususnya seni lukis di Kalimantan Selatan menyerah pada keadaan. Justru situasi pandemi menjadi tantangan tersendiri untuk berkarya dan terus berkarya.
“Di Kalimantan Selatan sendiri sangat banyak pelukis yang aktif, tersebar di berbagai daerah kabupaten dan kota . Akan tetapi menggeliatnya produktifitas seniman Kalsel belum terimbangi dengan apresiasi masyarakat. Apresiasi yang ditunjukan masyarakat hanya sebatas senang melihat karya lukisan. Sampai di situ saja, belum melangkah lebih jauh. Namun hal ini juga tidak mematahkan semangat untuk berkarya dan mencari jalan untuk memperkenalkan hasil karyanya di tengah masyarakat dengan berbagai cara,” kata Sutarji.
Beberapa upaya dilakukan, antara lain ada yang menggelar pameran, ikut serta dalam undangan pameran terbuka. “Upaya lainnya adalah dengan mengikuti pameran secara virtual yang diselenggarakan PasarLukisan.Com bertajuk “Virtual Joint Painting Exhibition in March” ini,” tambahnya.
“Pameran virtual ini, untuk saat ini menurut saya sangat efektif dan bisa menjadi pilihan bagi para pelukis untuk memperkenalkan hasil karya mereka. Banyak kelebihan dan keuntungan yang bisa kita dapat dari pameran virtual ini seperti ini, baik dari segi biaya yang sangat terjangkau, sementara hasil karya kita dapat dinikmati dalam rentan waktu yang panjang yaitu 1 bulan, dan akan tersimpan selamanya di medsos. Dari kegiatan pameran ini, yang tidak kalah pentingnya adalah apresiasi dari penikmat seni. Hal ini yang membuat saya sangat tertarik untuk mengikuti pameran virtual ini,” kata Sutarji.
Ruslan, pelukis dari Kediri, adalah salah satu pelukis yang sejak Desember lalu juga mengikuti pameran virtual. Hari Minggu lalu, rumahnya yang berada di Desa Dawung, Kecamatan Ringinrejo, Kabupaten Kediri, kedatangan seorang tamu istimewa yaitu Irjen Pol. Martinus Hukom, Kepala Detasemen Khusus (Densus) 88 Antiteror Polri.
“Beliau pertama kali melihat lukisan saya tahun 2011. Beliau mengaku saat itu sudah tertarik, dan mengingatnya terus. Dua bulan lalu beliau melihat lukisan saya lagi, yang saya ikutkan pameran virtual ini. Karena di situ juga dicantumkan nomer kontak serta alamat saya, segera saja Pak Martinus meminta seorang temannya dari Blitar untuk mencari saya. Hari Minggu lalu, akhirnya beliau berkunjung ke gubuk saya di pelosok desa. Itu suatu kehormatan dan anugerah buat saya. Lukisan saya yang sebelumnya saya ikutkan pameran virtual di PasarLukisan.Com akhirnya beliau bawa pulang. Bukan karena lukisan saya itu beliau koleksi, tetapi kunjungan beliau itu yang tidak pernah saya impikan,” kata Ruslan, 52 tahun.