Peluang Rumput Vetifer jadi Sumber Ekonomi Warga Tuban

Reporter: Ali Imron

blokTuban.com - Selain sebagai penangkal longsor dan banjir di lahan kritis tepi Sungai Bengawan Solo, rumput Vetiver atau biasa dikenal akar wangi juga memiliki peluang bisnis menjanjikan, Senin (1/4/2021).

Tagana melihat peluang itu dan menginginkan akar wangi tersebut kelak menjadi sumber ekonomi warga. Rumput Vetiver ini mudah ditanam dan memiliki umur panjang.

"Akar wangi ini pusatnya di Citarum, Jawa Barat. Di Kabupaten Tuban hanya ada di Desa Tambakrejo, Kecamatan Rengel," ungkap Yoyok (40) anggota Tagana Kabupaten Tuban saat ditemui reporter blokTuban.com pada 27 Februari lalu.

Yoyok telah menghitung rinci nilai ekonomi dari rumput tersebut. Dari satu umbi batang yang ditanam, akan berkembang menjadi satu gerombol atau dapur dalam setahun dengan jumlah umbi batang 300-500 an.

Harga dipasaran satu umbi batang dibandrol Rp3.000-5.000. Harga tersebut telah dikonfirmasi ke TNI saat menanam awal akar wangi di Desa Tambakrejo di tahun 2020 lalu.

Sampai saat ini sudah ada 30-an gerombol rumput Vetiver di Desa Tambakrejo. Peluang untuk dikembangkan se-Kabupaten Tuban masih besar, karena akar ini memiliki kelebihan sebagai penangkal longsor dan banjir.

"Jika rumput ini dikelola dengan baik tentu bisa menjadi sumber penghasilan bagi warga. Sekarang memang rumputnya masih sedikit, lama kelamaan akan berkembang dan kami harapkan jadi pusat pembibitan," imbuhnya.

Ditambahkan Yoyok sebagaimana namanya rumput ini memiliki akar beraroma wangi. Sejak lama telah digunakan untuk obat tradisional seperti keluhan nyeri perut, keluhan sirkulasi darah dan saraf.

Penggunaanya setelah akar wangi dijadikan bentuk essential oil atau minyak serai wangi. Karena mengandung aroma terapi, akar wangi juga bisa membikin rileks dan fokus.

Seperti diketahui, penanaman rumput ini di Desa Tambakrejo, Rengel karena menjadi daerah rawan longsor karena menjadi lintasan aliran Bengawan Solo. Setiap air pasang dan kemudian surut, setidaknya dua sampai lima meter tanah tergerus air.

Hilangnya lahan di Desa Takbakrejo karena longsor, menurut data Kepala Desa Tambakrejo, Rengel, Sidekan semula ada lahan seluas 22,84 hektare, dan sekarang tinggal 3,914 hektare. Kurang lebih 18,970 hektare yang hilang dalam kurun waktu 30 tahun terakhir. [ali/mu]